Peringatan: Part ini mengandung unsur dewasa, bagi pembaca yang belum genap 18 tahun atau tidak suka adegan dewasa, silahkan di skip ya!!!
Pagi ini Ara dan Rasyid berencana akan pergi ke pusat berbelanjaan untuk membeli kebutuhan rumah tangga serta beberapa perabot guna mengisi rumah baru mereka. Saat Rasyid sedang memanaskan mesin mobil, Ara memangginya dari dalam rumah.
"Maas, ada telfon. Aku belum pakai kerudung nih, tolong ambil hp nya takut penting." ucap Ara setengah berteriak.
"Angkat aja dek." jawab Rasyid santai, ia kembali melanjutkan kegiatannya.
Ara meraih ponsel Rasyid yang berada di atas nakas, ia melihat si penelfon sebelum menjawab panggilan tersebut.
-Bokap is Calling-
"Hallo, Assalamualaikum pak." ucap Ara lembut, ia mengaktifkan pengeras suara agar dapat mendengarkan ucapan mertuanya sembari menyelesaikan polesan make up di wajahnya.
"Wa'alaikumussalam, eh menantuku udah bangun aja. Gimana rasanya tidur di rumah baru? Nyenyak Ra." sahut pak Sobirin dari seberang telfon.
"Alhamdulillah nyenyak pak, rumahnya nyaman. Terimakasih hadiah rumahnya pak."
"Hadiah rumah apa? Itu suamimu sendiri yang beli. Dia itu frustasi nyari kamu, kerja kaya orang gila sampai kebeli rumah dan mobil itu."
Ara tercengang sedikit tak percaya dengan ucapan ayah mertuanya. Rasyid sempat bilang bahwa ayahnya memberikan rumah sebagai hadiah pernikahan mereka.
Rasyid yang sedari tadi sudah berada di pintu kamar hanya tersenyum memperhatikan interaksi ayah dan istrinya. Ia berjalan mendekat dan bergabung dengan obrolan mereka.
"Ada apa pak pagi-pagi telfon? Ganggu pengantin baru lagi ritual aja." ucap Rasyid asal, Ara yang kesal lantas mencubit paha suaminya. "Awww, sakit sayaang. Pengantin baru loh kita ini, udah KDRT aja."
"Makanya itu mulutnya jangan sembarangan kalau ngomong. Nanti bapak mikir macam-macam." ucap Ara sewot.
Pak Sobirin tertawa mendengar keributan kecil yang disebabkan anak dan menantunya. "Bapak faham kalau kalian lagi ritual, wajarlah pengantin baru. Tapi maaf ini ganggu sebentar, bisa kalian ke rumah bapak hari ini? Buka kado kado dan amplop ini haknya kalian loh, malah di taruh disini semua."
"Iya bisa pak, setelah ini kami kesana, ini masih nunggu Ara selesai bersiap. Rencananya kami mau ke Supermarket hari ini."
"Ya sudah kalau gitu, kami tunggu di rumah ya."
"Iya pak."
Setelah salam, sambungan telfon pun terputus. Ara dan Rasyid bergegas ke rumah orang tua Rasyid yang terletak di kompleks perumahan yang sama dengan hunian yang mereka tempati.
"Assalamu'alaikum." ucap Ara dan Rasyid bersamaan saat memasuki rumah orang tua mereka.
"Wa'alaikumussalam, masuk mas, masuk Ra. Ayo gabung sarapan dulu di meja makan, kalian pasti belum sarapan kan?" sambut ibu mertua Ara ramah.
Mereka menikmati sarapan yang dibuat oleh ibu tiri Rasyid. Setelah selesai, Ara membantu ibu mertua dan adik iparnya merapikan bekas sarapan mereka. Sedangkan Rasyid, ayah dan adik laki-lakinya berada di ruang tengah mulai menghitung amplop yang mereka dapat dengan dibantu oleh beberapa saudara Rasyid yang belum pulang.
"Kok lu masih seger mas? Nggak lemes? Nggak ngantuk? Butuh resep jamu nggak?" canda ayah Rasyid.
"Gimana mau lemes, kan nggak ngapa-ngapain." jawab Rasyid kesal dengan pertanyaan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life after Marriage
RandomNamanya Rasyid, ia adalah suami dari Ainun Mustika AzZahra, seorang gadis cantik yang didambanya sejak lama. Di masa lalu, Rasyid pernah membuat satu kesalahan besar yang menyebabkan seluruh keluarga Ara bersepakat untuk menjauhkan mereka saat itu...