Pagi ini udara terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan yang mengguyur bumi semalam masih menyisakan hawa dingin yang menusuk. Ara kembali menyusup kedalam selimut setelah sholat subuh, rencana jalan-jalan di sekitar rumah sebagai induksi alami terpaksa ia urungkan.
"Geser dong dek, mas ikut." rengek Rasyid yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos. Ia bisa sedikit lega karena pengajuan cutinya telah di acc.
Ara menggeser sedikit tubuhnya, memberikan ruang di atas ranjang untuk sang suami. Hal itu tak disia-siakan Rasyid, ia langsung memeluk tubuh berisi Ara dari belakang. Tangannya sudah mendarat nyaman di perut besar sang istri.
"Dedeek, kapan nih mau lahir? Ayah udah di rumah loh, siap ketemu dedek." ucap Rasyid dengan mata terpejam, tangannya menikmati gerakan gerakan halus respon sang buah hati.
"Mas hari ini jemput ibu sama Andin loh mas, nggak lupa kan?" tanya Ara yang sudah berganti posisi menghadap suaminya.
"Tadi habis sahur mas udah telfon Andin, kata nya nanti mereka kesini sama bapak. Rumah potong tutup dulu, kan udah seminggu bapak nggak mau di setorin ayam." ucap Rasyid sembari memeluk tubuh istrinya, sesekali di kecupnya kening Ara.
"Oalah, tak kira mas lupa." Ara mendekap erat tubuh atletis suaminya tanpa memperdulikan perutnya yang sedikit terhimpit.
"Apa acara hari ini dek?"
"Nggak salah tanya tuh? Harusnya adek yang tanya. Mas apa acaranya hari ini?" Ara melerai pelukan mereka demi bisa memandang wajah sang suami.
"Mas kok pingin ramen ya dek? Kita ngemall aja yuk nanti sore sekalian buka puasa. Biar adek tetep bisa jalan, jadi sekalian bisa induksi kan."
"Boleh deh. Adek sekalian mau cari pompa elektrik, botol asi sama UV Sterilizer boleh mas?"
"Apapun untuk kalian sayang, tapi pagi ini mas ke peternakan dulu ya sayang, Dzulam whatsapp minta mas kesana. Kambing yang kemarin di beli kan ada dua yang hamil besar, nah semalam udah lahiran."
"Aku ikut." Ara bangkit dari posisi rebah nya, ia mengucir rambutnya asal, tapi aktifitas Ara tersebut nampaknya malah membuat Rasyid terpesona dan jatuh cinta lagi dan lagi pada sang istri. Pipi gembul, bibir ranum, rambut yang di ikat asal menampilkan leher jenjang wanita itu, payudara bulat berisi ASI, perut yang besar namun mulai turun berisi buah cinta mereka, dan jangan lupakan paha mulus Ara yang terlihat karena daster wanita itu tersingkap. Semua itu benar-benar membuat Rasyid tak bisa berkata-kata.
"Bapak ibu dateng jam berapa mas?" ucap Ara mengembalikan fokus Rasyid.
"Astaghfirullah." ucap Rasyid lirih tapi masih bisa di dengar jelas oleh sang istri.
"Mas kenapa hayooooo, bayangin apa? Puasa ih, mas dosa loh." ucap Ara terus meledek suaminya.
"Mas mau mandi dulu di kamar mandi belakang, sayang juga mandi terus siap-siap. Kita berangkat secepatnya, mas gak bisa kalau kelamaan di rumah." Ucap Rasyid menghindar sembari berjalan keluar kamar. Hal itu tentu saja membuat Ara terbahak, ia faham betul kenapa suaminya tiba-tiba bertingkah aneh seperti itu.
🦋🦋🦋
Sore harinya, Rasyid menggenggam tangan istrinya saat menaiki eskalator, ia mengelus sejenak perut Ara. Tujuan mereka adalah restoran Jepang yang berada di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life after Marriage
RandomNamanya Rasyid, ia adalah suami dari Ainun Mustika AzZahra, seorang gadis cantik yang didambanya sejak lama. Di masa lalu, Rasyid pernah membuat satu kesalahan besar yang menyebabkan seluruh keluarga Ara bersepakat untuk menjauhkan mereka saat itu...