7. Orang Tua

1.7K 57 2
                                    

"Mas Rasyid nanti pulang jam berapa?" tanya Ara sembari menyiapkan pakaian kerja suaminya.

"Nanti dari bandara mas langsung pulang ke rumah. Sayang mau jalan-jalan?" Rasyid mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Ara yang kembali duduk diranjang tampak sedikit muram, tak seperti biasanya.

"Sayang kenapa?"

Ara sedikit terkejut saat suaminya tiba-tiba berdiri menjulang dihadapannya, pria itu mengelus sayang kepala Ara "Eh, kenapa? Nggak kenapa-kenapa kok mas."

"Bilang sama mas, lagi mikirin apa? Kok kayanya hari ini agak beda, eh?"

Ara menundukkan kepalanya, ia tak ingin Rasyid melihat matanya yang berkaca-kaca. Wanita itu merindukan keluarganya, lima bulan sudah usia pernikahan mereka namun belum sekalipun Ara berkesempatan mengunjungi kedua orang tuanya.

"Aku kangen bapak ibu mas."

"Oalah, jadi adek kangen rumah to ceritanya? Maafin mas ya, sejak nikah mas belum bisa bagi waktu untuk kita main kesana. Tadinya hari ini mas mau ajak adek ke peternakan, pulangnya kita jalan-jalan ke pusat kota. Tapi ya sudah kalau gitu, kita ubah jadwal ya sayang, nanti sepulang mas dari bandara kita ke rumah bapak, nginep semalem juga boleh kok, mas sengaja pingin santai aja besok jadi nggak ambil cuti." ucap Rasyid menenangkan.

Ara merengkuh pinggang suaminya dan menenggelamkan wajahnya disana. Ia bersyukur memiliki suami pengertian seperti Rasyid, diam-diam air mata Ara mengalir.

***

Dzulam baru saja menginjakkan kakinya di rumah sang ayah setelah tiga hari tak pulang, kesibukannya di kampus sebagai mahasiswa semester akhir dan juga membantu sang kakak mengontrol peternakan membuat pria berusia 22 tahun tersebut harus pintar membagi waktu.

"Kok kamu di rumah Bil? Kapan pulangnya?" tanya Dzulam penasaran saat melihat adik perempuannya berada di ruang tengah keluarga mereka.

Sabila dan Dzulam kuliah di kampus yang sama meski beda fakultas. Jarak usia mereka selisih satu tahun, namun karena Dzulam memilih bekerja selama satu tahun setelah lulus sekolah menengah atas, maka sekarang ia menjadi satu angkatan dengan adik tirinya.

Sabila tinggal di kost yang tak jauh dari kampus mereka dan hanya pulang ke rumah beberapa minggu sekali. Sedangkan Dzulam lebih memilih pulang pergi dari kampus ke peternakan dari pada harus tinggal di kost atau pulang ke rumah yang jarak tempuhnya lebih jauh.

"Aku udah bimbingan bab satu kemarin, udah acc juga, jadi kemarin pulang pingin leha-leha sebentar di rumah. Mas sendiri udah acc belum?"

"Mas kan tempat penelitiannya di peternakan punya mas Rasyid, jadi gampanglah ntar aja santai dikit. Mas udah garap sampai bab dua, jadi nanti begitu acc bab satu tinggal minta arahan aja ke dosen pembimbing untuk revisi dikit di bab dua."

"Dih, tengil." ejek Sabila pada kakaknya, mereka biasa bertengkar karena masalah sepele kemudian berdamai kembali tak lama kemudian.

"Ibu masak apa Bil?"

"Liat sendiri sana, ah reseh loh tanya terus. Ganggu aja orang lagi nonton drakor."

Dzulam berjalan melewati Sabila, tapi begitu sampai di dekat sang adik, tangan jahil Dzulam menekan tombol spasi di keyboard yang membuat drama Korea Sabila ter-pause. "Dzulaaaaaam." teriak Sabila kesal, sedangkan si pelaku sudah berlari menuju dapur dengan tawa yang membahana.

Pria itu membuka tudung saji yang ada di meja makan, lalu menutupnya kembali dan mendengus kecewa setelah tau apa isi di balik tudung saji tersebut. 'Sop lagi, tiap hari kalau nggak sop kok ya sayur asem to buk buk.' omel Dzulam dalam hati mengungkapkan kekesalannya.

Life after MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang