14. Flashback 2

609 35 4
                                    

"MAUL?" teriak Ara tak percaya. Hal itu membuat Andin, Rohani, Cahya dan Zahra menoleh ke arahnya.

"Kenapa Maul?" tanya Rohani penasaran.

"Maul itu adiknya Rulita buk." jawab Ara masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Sama seperti Ara, Rohani juga tampak terkejut dengan hal tersebut. Rohani mengenal Maul karena beberapa kali pemuda itu mengunjungi rumah mereka.

Ara segera membuka ruang chat di aplikasi whatsapp nya dan menghubungi nomor Maul. Pada dering pertama panggilannya terjawab, sepertinya pria itu sedang memainkan ponselnya.

"Hallo beb, gimana? Ada apa? Kangen? Ayo ketemu, aku di Lampung nih." ucap Maul konyol.

"Nggak waras." jawab Ara sarkas yang hanya dibalas gelak tawa Maul. "Kamu sibuk? Aku ganggu?" tanya Ara hati-hati.

"Nggak pernah ada kata sibuk buat ngladenin kamu. Kenapa? Ada yang mau kamu ceritain? Wait, aku ambil minuman dan camilan dulu sebelum kamu mulai cerita." setelah itu hanya ada suara grasak grusuk dari Maul, entah apa yang sedang pria itu kerjakan.

"Sialan, jadi selama ini kamu anggap cerita ku ini dongeng?"

Lagi-lagi Maul tertawa. "Udah nih, gih cerita."

"Kamu buka foto yang barusan aku kirim deh." Perintah Ara setelah mengirim foto KTP Rulita kepada Maul.

"Itu identitas milik mbak mu, benar?" tanya Ara.

"Loh, loh. Dari mana kamu dapet KTP mbak ku?" tanya Maul bingung.

Ara kemudian mengirimkan foto bukti cicilan motor dan juga sebuah foto Diki yang sedang merangkul mesra pinggang Rulita.

"Kamu kenal lelaki itu?" tanya Ara lugas.

"Aku nggak kenal dia siapa, tapi mbak ku pernah bawa dia ke rumah untuk dikenalkan dengan ayah ibuku." Ara memejamkan mata mendengar pengakuan sahabatnya.

Rohani yang mulai tidak sabar, meminta Ara untuk mengaktifkan pengeras suara agar mereka semua dapat mendengar percakapan Ara dan Maul.

"Namanya Diki, dia kakakku."

"Widih diiih, kita mau saudaraan nih ceritanya?" sanggah Maul cepat, nampaknya ia senang mengetahui hal tersebut.

"Sayangnya dia udah punya anak istri disini." Imbuh Ara, nampaknya Maul cukup terkejut kali ini, terbukti dari lamanya Maul terdiam seolah mencerna apa yang baru saja disampaikan oleh Ara.

"Aku nggak tau mau ngrespon kaya mana Ra." ucap Maul dengan nada bergetar.

Ara bahkan sudah menitikkan air mata, ia memikirkan nasib persahabatan nya dengan Maul setelah ini. Dengan cepat gadis itu mengusap air mata dengan ujung lengan kaos yang ia kenakan.

"Bilang sama Maul, ibu mau ngomong sama ibu nya." Bisik Rohani pada Ara, sedang Cahya sudah menangis sesenggukan tak dapat berkata-kata, ia menyerahkan ini semua pada Rohani dan Ara.

"Maul, ibu mu ada? Ibu ku mau ngomong sama ibumu."

"Ada di dapur, aku lagi di kamarku." Maul menjeda ucapannya. "Ra, biar aku yang bilang ke ibuku ya. Aku minta waktu sebentar untuk jelasin ini ke orang tuaku, aku takut mereka terkejut terus drop kalau tiba-tiba pihak kalian ada yang coba jelasin. Tolong ngertiin ya, nanti kalau keluargaku udah siap, aku telfon kamu."

"Baiklah kalau begitu." tak lama kemudian, Maul memutus sambungan telfon secara sepihak.

Zahra menggenggam tangan Ara, dapat Ara rasakan tangan gadis itu dingin. "Te, a-ayahku." ucap Zahra terbata, matanya berkaca-kaca.

Life after MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang