Warning: 21+
Rasyid sedang menikmati secangkir kopi bersama ayahnya di teras rumah sang ayah, ditemani sebatang rokok yang hampir habis dan sepiring pisang goreng yang masih mengepulkan asap, hasil panen sendiri. Sedangkan Ara berada di kamar Sabila sedang menonton drama Korea bersama sang adik ipar, mereka baru tau jika sama-sama penggila drama Korea beberapa hari setelah Ara dan Rasyid menikah.
"Gimana rumah mas? Perabot udah lengkap?" tanya ayah Rasyid sambil menyesap kopinya.
"Alhamdulillah udah pak, nanti kalau Ara pingin nambah sesuatu biar beli sendiri di online shop."
"Bagus, pastikan menantu kesayangan gua nyaman berada di rumah mas."
"Iya bapak Baron bawel." ucap Rasyid sedikit kesal. Baron adalah panggilan teman-teman masa kecil Rasyid untuk ayahnya, waktu Rasyid kecil dulu ia biasa memanggil temannya dengan nama ayah mereka. Jadilah sekarang setiap Rasyid kesal ia akan menyebut ayahnya dengan nama itu.
"Apa rencana lu selanjutnya?"
Rasyid menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, matanya menatap langit-langit teras seolah menerawang jauh.
"Mas pingin beli lahannya pak Teguh yang di Punggur biar peternakan makin luas. Tapi juga pingin beli rukonya pak Suseno yang di depan kompleks, lumayan dijual murah karena butuh dana. Pak Suseno sendiri yang hubungi mas kemarin, menurut bapak gimana?"
"Menurut bapak, peternakan lu itu udah jaya banget, bisa diperbesar kapan-kapan. Kalau ruko itu nggak ada kesempatan kedua, lu nggak beli sekarang, ya ilang diembat orang. Berapa duit?"
Rasyid menghisap dalam sisa rokok dan membuang putung rokoknya ke asbak. "Seratus lima puluh juta. Murah nggak pak? Beliau belum tawarin ke orang, lagi butuh banget katanya langsung hubungi mamas."
"Disini dia jual sigitu ya buat rebutan mas. Buruan diambil aja, bilang dulu ke istri lu biar nggak salah faham."
"Nggih pak, pasti kalau itu mah."
"Mas, pulang sekarang?" ajak Ara pada suaminya karena hampir maghrib.
"Yuk. Kami pulang dulu pak." pamit Rasyid.
"Loh, mau pulang sekarang?"
"Iya pak hampir maghrib." Rasyid dan Ara lalu bergantian menyalami tangan sang ayah.
"Mau langsung pulang?" tanya Rasyid begitu mereka masuk mobil. Rasyid menjalankan mobilnya setelah sebelumnya mengklakson sang ayah yang dibalas dengan lambaian tangan dari teras.
"Pingin bakmie jawa yang di dekat rumah oom itu loh mas, tapi nggak usah mampir rumah oom, makan aja, hehe." ucap Ara dengan cengiran khas di wajahnya.
"Ya sudah iya kesana." Rasyid menuruti ucapan istrinya, ia mengendarai mobilnya menuju bakmie jawa yang cukup terkenal di daerah mereka.
"Dek, liat ruko dua lantai di samping caffe Milenia itu?" ucap Rasyid menunjuk bangunan yang ia maksud sembari mengurangi kecepatan mobilnya.
"Iya, kenapa mas?"
"Kemarin pemiliknya nelfon mas, bilang kalau beliau butuh dana cepat, mas orang pertama yang ditawari. Beliau langsung banting harga di angka seratus lima puluh juta. Gimana menurut sayang kalau mas ambil ruko itu?"
"Surat menyuratnya lengkap nggak mas? Jangan sampai mas beli bangunan sengketa. Air dan listriknya gimana mas? Harga sewa disini biasanya gimana?" cecar Ara, ia senang suaminya mau mengajaknya berdiskusi, sungguh Ara merasa dihargai sebagai istri.
"Surat menyurat aman, air listrik lengkap. Mas dan bapak kenal baik sama pemiliknya, jadi beliau nggak mungkin punya niat jahat. Untuk sewa disini biasa buka di angka tiga puluh juta pertahun untuk dua lantai kaya gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life after Marriage
RandomNamanya Rasyid, ia adalah suami dari Ainun Mustika AzZahra, seorang gadis cantik yang didambanya sejak lama. Di masa lalu, Rasyid pernah membuat satu kesalahan besar yang menyebabkan seluruh keluarga Ara bersepakat untuk menjauhkan mereka saat itu...