💨 Now, You're Mine

1.4K 137 32
                                    

"Winter, ada yang nyariin lo tuh."

Yuri mengetuk pintu kamar iparnya itu beberapa kali namun tidak ada sahutan dari gadis itu. Akhirnya, Yuri membuka pintu dan masuk ke kamar.

Wanita itu menyalakan lampu, terlihatlah presensi Winter sedang tidur di ranjang dengan kondisi kamar yang mengenaskan.

Banyak tisu yang bertebaran, selimut dan bantal tergeletak mengenaskan di lantai, dan rambut sang pemilik kamar yang tidak beraturan.

"Ya ampun, Winterrr... Ini kamar apa kandang sapi, anjir?!" tanya Yuri terkejut. Yuri menghampiri Winter yang masih merebahkan diri di ranjang sambil menangis.

"Wint..."

Dengan perlahan, Yuri membalikkan tubuh Winter yang tadi posisi tidurnya membelakangi dirinya. Dan, Yuri kembali terkejut melihat betapa mengenaskan kondisi Winter saat ini.

Kedua mata perempuan itu bengkak, hidungnya memerah dengan ingus yang keluar, dan pipinya yang chubby itu mulai menirus.

"Lo udah berapa hari anjir gak keluar kamar?"

"Lima hari."

"Makan gak?"

"Fast food doang."

Yuri langsung menyentil kening Winter hingga perempuan itu mengaduh kesakitan. "YURI, SAKIT!"

"Lo kalo mau mati tuh jangan nyiksa diri, tolol. Sekalian aja lo berdiri di tengah rel kereta biar gak ngerasain sakit dulu."

Winter mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan dari iparnya itu. "Gue bukan cuma sakit fisik anjir! Sakit hati juga gue!"

Mendengar itu, Yuri menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa Winter mendramatiskan ekspresinya padahal kondisi perempuan itu sedang tidak baik-baik saja.

"Ada yang nyariin lo tuh. Sana mandi dulu biar gak kaget dia ngeliat bentukan lo jadi kayak mayat hidup gini."

"Siapa yang nyariin gue?"

"Fans lo."

"Sejak kapan gue punya fans?"

"ADUH LO TUH YA... Gemes gue pengen nyekek."

Winter tertawa kencang melihat ekspresi kesal dari sang ipar. Ia tahu betul jika Yuri ingin mengumpat kasar padanya, hanya saja wanita itu takut jika Winter melaporkan hal tersebut ke suaminya, Sungchan.

Setelah Yuri keluar dari kamar, Winter kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Menatap langit-langit kamar dengan kosong. Otaknya kembali mengingat ucapan Heeseung saat di apartment laki-laki itu.

Sudah dua minggu lebih ia tidak bertemu dan berkomunikasi dengan tunangannya itu. Dan, Winter rindu laki-laki itu.

"Heeseung kabarnya gimana, ya..." gumam Winter dengan tatapan yang mengarah ke pigura foto dirinya bersama Heeseung.

"Kabarku gak baik."

Winter terkejut mendengar suara seseorang yang sangat ia hafal. Perempuan itu bangkit dari posisi tidurnya lalu terkejut mendapati presensi Heeseung sedang menutup pintu kamar.

Laki-laki itu menghampiri Winter, duduk disebelah tunangannya, dan menatap perempuan itu dengan sedih.

"Apa aku terlalu nyakitin kamu sampe kamu bisa sekacau ini?" tanya Heeseung. Kedua tangannya menangkup wajah cantik tunangannya itu.

Winter menatap Heeseung dengan berkaca-kaca. Ia langsung memeluk tubuh laki-laki yang sedang ia rindukan itu dengan erat.

"Kangen..."

"Aku juga kangen kamu."

"Winter kangen Heeseung..."

"Iya, tau. Heeseung juga kangen Winter makanya dateng kesini."

Heeseung melepas pelukan mereka lalu mengusap air mata yang mengalir di kedua mata Winter.

Kemudian ia merogoh saku celananya, mengeluarkan kotak beludru berwarna merah, dan menyodorkannya ke hadapan Winter.

"Aku udah mikirin ini secara mateng. Mentalku juga udah siap. So, do you wanna be my wife? Be my happiness for a long time, be a mom for our child, and be my forever love?"

Winter terkejut. Ia menutup mulutnya yang menganga saat mendengar penuturan dari Heeseung. Perempuan itu menatap cincin yang ada di kotak beludru lalu menatap Heeseung dengan berkaca-kaca.

"Kamu... serius?" tanya Winter, suaranya serak dan lirih.

Heeseung mengangguk sambil tersenyum. "Jadi, gimana?"

Winter menatap kedua mata laki-laki, mencari apakah ada kebohongan disana. Dan, nihil. Yang ada Winter malah menangis, ia bisa merasakan jika tatapan Heeseung begitu tulus.

Tunangannya, ah maksudnya calon suaminya, serius ingin menikahinya. Dan itu membuat Winter terharu.

Winter memeluk Heeseung lalu menganggukkan kepalanya. "I want."

Mendengar itu, senyum Heeseung melengkung lebar. Laki-laki itu membalas pelukan calon istrinya dan mengelus punggung perempuan itu dengan lembut.

Keduanya berpelukan dengan erat, memberikan afeksi-afeksi penuh kasih dan rindu setelah dua minggu tidak berjumpa.

Heeseung melepas pelukan lalu menyematkan cincin yang ia beli ke jari manis Winter. Menggantikan cincin pertunangan mereka dan itu membuat Winter tidak dapat menahan senyumnya.

"AAAAA AKHIRNYA GUE NIKAH JUGA!!!"

Pekikan senang dari Winter membuat Heeseung terkejut sebentar lalu tertawa. Laki-laki itu menatap tingkah Winter yang meloncat-loncat di ranjang sambil tertawa.

Hingga suara melengking dari Mami Taeyeon mengejutkan mereka berdua.

"YA AMPUN INI KAMAR APA KANDANG SAPI, SIH?!"

Dan, Winter hanya menyengir melihat ekspresi terkejut dari sang mami.

Ckckck yang kek begini mau nikah. Kasian Heeseung nantinya.

● ● ●

Masih pada bangun gak nie? Hehehe maaf kalo aku updatenya siang-siang gini (biasanya aku update tuh pagi)

1 chapter lagi ending maka cerita ini akan tamat!

Ada yang masih mau nanya2 buat chapter Q&A nanti gak? Ayo bertanya biar aku jawabin WKWKWKWKWKWKWK

Oke deh, sekian.

Jangan lupa jaga kesehatan & bahagia selalu ya kalian semua! <3

Luv,

💋

[✅] Daily Life of S3 Perbucinan - AeshypenklyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang