"Lo pikir gue percaya?" Meri berdecih. "Lo pacaran sama gue. Cintanya sama Cita, tapi selingkuhnya sama cewek lain. Sekali tukang selingkuh, sulit buat berubah."
"Kalaupun lo berubah, pasti suatu saat akan kembali sama kebiasaan lo yang dulu. Gue harap lo gak usah recoki hidup gue. Cari cewek lain, yang jelas gue gak mau sama lo." Meri masuk kedalam mobil.
Pintu mobil yang akan di tutup, di tahan oleh Kevin. "Gue gak akan nyerah buat dapetin cinta lo. Gue akan kejar, dimana pun lo berada."
Meri menatap Kevin sinis. Sudah ilfil jadi semakin ilfil dengan tingkah laki-laki ini. "Gue gak peduli!"
Napas Meri menderu, perasaan kesal terlalu dominan hinggap di hatinya. Ia menutup pintu mobil dengan kencang.
"Arrgghh. Sakit Meri! Tangan gue kejepit," pekik Kevin kesakitan.
"Singkirin tangan lo!" bentak Meri berusaha menutup pintu mobil, tanpa mempedulikan tangan Kevin sebagai pengganjal.
"Arrgghh." Mata Kevin terpejam menahan sakit di tangannya. "Gimana mau di singkirin kalau pintunya lo tekan. Buka pintunya, sakit!"
Sontak gadis itu melonggarkan pintu mobil yang tadi sempat ia paksa tutup. Mungkin efek kesal, ia tak sadar dengan apa yang telah di lakukan.
Kevin meringis seraya meniup-niup telapak tangan yang sudah memerah. Ia merasakan denyutan, sedikit perih sebab ada kulit yang terkelupas. "Gila lo. Sakit banget tangan gue."
Meri menutup pintu mobil. Kini hanya kepala dan pundaknya saja yang terlihat dari jendela. "Bodo amat! Siapa suruh pasang tangan di mobil gue. Jauh-jauh! Jangan ganggu hidup gue lagi!"
Setelah itu jendela mobil di naikkan. Kevin-pun berusaha untuk mengetuk kaca mobil yang di tumpangi Meri. "Mer, tunggu!"
"Buka Mer!"
"Gue mohon. Kasih gue kesempatan sekali lagi!"
Sedangkan di dalam mobil, Meri melihat sosok Kevin dari kejauhan. Bibirnya mengeluarkan sebuah decihan. "Gue bukan type orang yang jatuh ke lubang yang sama. Gue paling anti kembali ke masalalu."
"Kalau masa depan ada di depan mata, ngapain ngambil masa usang."
"Barang rongsokan mah pantasnya di buang, gak usah di pungut lagi. Jadi penyakit," gumam Meri
"Ada masalah apa lagi Meri?" tanya Jaya seraya memainkan stir kemudi, matanya juga fokus ke jalanan.
"Biasa, masalah kecil Pa. Gak usah di urusin kalau dia kesini lagi," jawab Meri.
"Oh iya. Pa, kalau Kevin kesini lagi, nanyain Meri jangan di kasih tau ya," sambungnya.
"Kenapa? Bukannya kamu sudah baikan dengan Kevin."
"Iya sih. Meri emang udah maafin Kevin, tapi bukan berarti Meri mau kembali lagi sama dia." Kedua tangan Meri menyatu, menangkup di depan dada. "Meri mohon ya Pa. Jangan kasih tau Kevin."
Jaya sedikit memiringkan kepala, melirik sang anak yang duduk di kursi penumpang. Dia tersenyum. "Baiklah. Apasih yang enggak buat putri Papa."
Wajah Meri kembali sumringah, ia memeluk leher Jaya. Mencium sebelah pipi papanya. "Papa emang Papa terbaik. Suka deh. Sayang deh. Cinta deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Yang Mana? [Segera Terbit]
Chick-Lit⚠️BACA HUA DULU BARU BACA CERITA INI BIAR GAK BINGUNG⚠️ Kandidat orang yang mencintai gue!!! -Haydar, putra kedua pengasuh pondok pesantren At-Ta-aruf. -Hito, dia adalah dosen pembimbing gue. Anak dari pemilik kampus yang gue tempati. -Zaenal, di...