🌰JYM-27

15.1K 3.5K 886
                                    

BRAKK

Tubuh Kevin berdiri tegak bersamaan dengan tangan yang menggebrak meja. Emosinya tersulut ketika melihat video dari instastory. Bahkan sangking emosinya ponsel yang di genggam hampir ia lempar. "Maunya apa sih! Video kayak dini di unggah!"

Perbuatan Kevin sukses membuat santri putra yang duduk di sampingnya kaget. Mereka menatap Kevin aneh. "Lo kenapa Bro?" tanya salah satu santri yang bisa dibilang sefrekuensi, alias sama badungnya.

Bukannya menjawab laki-laki ini justru melenggang begitu saja. Tak mendapat jawaban, Feri ikut berdiri. "Mau kemana lo?"

"Ketemu gebetan gue lah," jawabnya acuh.

"Wah, ini anak kebal hukuman." Melihat langkah Kevin mengarah ke Masjid, sontak Feri mengikuti. "Woy! Lo ngapain ke masjid."

"Ya ketemu Meri lah."

"Lo gila ketemu Meri di masjid? Pengen di seliding gus Haydar nih bocah," tanggap Feri.

"Emang gue peduli?!"

"Main nyelonong, emang lo tau kalau Meri ada di masjid?"

"Gak usah banyak bacot! Kalau nyangkut masalah Meri apapun gue lakuin. Nyelinap masuk asrama putri juga gue berani asal ketemu sama dia, " kata Kevin.

Jangankan masuk asrama putri, jika sudah nekat laki-laki ini mampu menculik salah satu diantara mereka.

Feri menggelengkan kepala. "Gila nih orang."

Kevin benar-benar nekat menemui Meri demi meminta penjelasan dari instastory yang di unggah beberapa jam yang lalu. Ia tak peduli jika setelahnya akan mendapat hukuman karena melanggar peraturan.

"Heh, Bro. Mending temui gebetan lo di gerbang utama aja. Suruh orang buat manggil dia, percuma lo ke masjid gak bakal bisa ketemu," usul Feri.

Sedangkan di tempat lain Meri mulai kebingungan dengan beberapa sikap teman satu kamarnya. Mereka tampak menatap Meri aneh, lebih tepatnya tak suka. Namun rasa ke tidak sukaan itu tidak mereka tunjukkan langsung.

Seperti saat ini, hampir seluruh penghuni asrama membalas sapaannya tapi balasan yang diberi terlihat acuh. Meri memang bukan tipe orang yang akan menyapa riang kepada orang yang belum terlalu akrab, tapi bukan berarti ia sombong tak mau sama sekali menyapa.

Bahkan saat Meri meminta bantuan mereka menolak secara halus dengan berbagai alasan yang berbeda.

Gadis itu menghela napas. "Mereka kenapa sih, kayak ngejauh gitu," gumamnya.

Ia merasa terasingkan tanpa tahu penyebabnya apa. Tingkah mereka tak seperti biasanya. "Apa cuma perasaan gue aja. Mungkin efek dari kejadian semalem, jadi halu."

"Febby, boleh mint-"

"Maaf Mbak, aku buru-buru mau ke kamar mandi," potong Febby bergegas menjauh dari Meri.

Meri menatap nanar kepergian Febby, padahal ia hanya ingin minta satu jarum pentul saja. Ia menggelengkan kepala pelan, mencoba menyangkal pikiran buruknya.

Bibirnya tersenyum seraya menghampiri Intan, salah satu santri wati yang seumuran dengannya. "Tan, itu si Febby kenapa sih? Kok aneh gitu."

Sebuah hembusan napas kasar keluar dari sela hidung Intan, ia menatap Meri tak percaya. "Kamu yang aneh Mer."

Raut wajah Meri tampak bingung. "Apanya yang aneh?"

"Aku kecewa sama kamu Mer. Sejatuh cintanya perempuan gak harus menjatuhkan harga dirinya didepan laki-laki, apalagi laki-laki itu udah punya calon istri," ungkap Febby.

"Kamu juga perempuan, harusnya tau perasaan calon istri Gus Haydar kayak gimana," sambungnya.

Laila menghampiri kedua perempuan sebaya itu. "Malu-malu in kaum hawa tau gak! Udah tau salah, di banggain pula. Pake acara post di instastory. Buat apa? Buat nunjukin kalau kamu pelakor?" sambarnya.

Jodohku Yang Mana? [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang