Eternally,
Terjebak dalam mimpi ini membuatku harus mengatur hidup dalam dua dunia. Bertemu dengan kelima laki-laki yang bernasib sama denganku mendorong kami untuk berjuang. Mimpi ini memaksaku untuk bertahan dalam ketegangan dan kepanikan.
|| *pe...
"hey sebentar-" Seseorang menghentikan langkahku. Ia menghampiriku saat hendak menuruni anak tangga. Iya, dia teman kelasku. Namanya Sunghoon.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Maaf tadi aku gak sengaja liat kamu nangis dikelas" ucapnya.
"eh, ya?"
"Kamu masih sedih ya gara-gara kemarin aku gak sengaja lempar bola ke kepala kamu?"
"Engga kok, hahah. masa aku secengeng itu masih nangis. Tadi tuh aku cuma capek. biasalah.."
"oh..syukurlah kalo gitu"
"....."
"Mauku antar sampai halte?"
"oh engga, gapapa gausah. Aku bisa sendiri kok," aku tersenyum
"hmm oke" balasnya canggung.
Aku melambai dan pamit kepadanya. Banyak yang bilang, dia ingin berteman dekat denganku. tapi tidak sedikit juga yang mengatakan dia suka padaku. entahlah... Aku ga mau kepedean dulu soal itu.
.
.
.
"Aku pulang~". seruku seraya meletakkan sepatu berbaris dengan sepatu yang lainnya.
"oh? cepat banget? gak kaya biasanya" Eomma mengintip dari dapur.
"ya. Guru kami ada rapat. Dimana Sunoo?" Aku berjalan ke dapur dan meletakkan tas dimeja makan. Aku mulai membantunya menyiangi sayur.
"Sunoo belum pulang, katanya dia pergi ke cafe sama temennya"
"yaampun tu bocah, masih kecil udah main ke cafe"
"kaukan juga sama dengannya"
"hehehe"
hening,
Sekarang, aku kembali teringat tentang mimpi itu
"Eomma," panggilku pelan.
"Ng?" responnya singkat sambil terus memotong wortel.
"Eum... apa boleh aku... ke psikolog?"
Eomma berhenti memotong. Aku melihat wajahnya untuk memastikan apakah ia akan marah padaku. Tiba-tiba Eomma melirikku."apakah separah itu?" tanyanya lirih. Aku mengangguk pelan menahan agar tidak terbawa suasana. Ia tahu betul bagaimana sepanjang malam aku selalu bermasalah dengan tidurku.
"Ya Tuhan-", Eomma langsung memelukku mencoba menahan air mata yang tahu-tahu sudah tergenang dimatanya. "yasudah, biar eomma yang antarin kamu. Kamu mau nanti sore?"
"huum.. iya eomma..."
.
.
.
Sore menjelang malam. aku dan Eomma kembali lebih awal. Begitu masuk, Appa dan Sunoo yang sedang menonton, teralihkan pandangannya kepadaku. "gimana sel? Apa kata psikolognya?"
"katanya aku mengalami gejala mimpi yang sering terjadi. aku tidak boleh stress berkepanjangan Appa." jawabku sedih dan duduk di sofa sebelah Sunoo.
"Yaampun, kasian sekali kakakku ini,"
Aku langsung bersender dipundak sunoo sambil merengek padanya.
"Astaga menjauhlah, anak ini bau rumah sakit" ucapnya.
perkataannya membuat siapapun akan murka. aku segera memukul bahunya. "ini bukan rumah sakit, bodoh! cuma rumah biasa~"
###
Malam tiba. Pukul 22.00 adalah waktu yang ditakuti oleh seorang selena. Pasalya, ia kembali terjaga ketika bersiap untuk tidur. Akankah mimpi itu terulang lagi padanya? Dia menguap. Sesekali ia melirik ke jendela dan melihat jalanan sepi yang diterangi lampu jalan. kebetulan saja malam itu gerimis panjang. mungkin... sampai besok pagi?
"vivid dream ya? aku gak pernah dengar" ia teringat akan sumber dari internet yang sebelumnya ia cari tahu. "ah, aku ga bisa terus terjaga kaya gini,"
Selena membenarkan posisi tidur. Ia mencoba memberanikan diri untuk menutup mata. walau ia benci harus segera tidur sampai besok pagi, namun garis hitam dibawah matanya tidak bisa berbohong.
.
.
.
Bersambung
Next chapter>>
selena tersadar.
.
"aaaaaa!!" Dengan sigap lelaki itu menarik lengannya sebelum ia tergelincir.
"hey, kau mau mati!?" tanya lelaki itu terkejut.
"a-aa-aku tidak ingin kembali kesana, tolong jangan paksa aku"