(Soobin)

48 6 3
                                    

Selamat membaca^^

.

.

.

"AAAHHH!!"

Ia teriak dan meringis kesakitan. Dengan pusing yang semakin menjadi, Soobin mengenggam kuat kepalanya. 

Dalam kamar berwarna abu-abu muda dilengkapi furniture putih, laki-laki yang masih berusia 16 tahun itu memeluk kedua kakinya diatas kasur. rasa sakit dikepala dialaminya bertahun-tahun sangat menganggu kesehariannya. namun kali ini, ia hanya bisa menangis, menjauhi kegiatan yang berhubungan dengan banyak orang. 

"eomma..." lirihnya.



Seorang perempuan masuk kekamar sambil membawa obat-obatan dengan segelas air putih. ia meletakkan nampan itu dinakas dan duduk disebelah Soobin. 

"minum" perintahnya memberi obat.

"Nunna, aku ini sudah banyak sekali minum obat. kalau aku overdosis gimana?"

"ya jadi bagaimana!? aku bingung setiap kali kau mengeluh kesakitan!"

"bagaimana aku tau penyakitku jika aku tak pernah memeriksa kedokter! bahkan obat yang kau beri padaku selalu sama, apapun sakitnya."

Perempuan yang merupakan kakak soobin itu menghela napas panjang. ia kembali meletakkan sebutir obat yang sedari tadi ia coba sodorkan ke mulut soobin. keduanya terdiam meratapi penyakit soobin yang sudah 2 tahun terakhir ia alami. saat ini soobin tinggal bersama dirumah kakaknya yang sudah bekerja. dikarenakan rumah kakak soobin berdekatan dengan sekolah, ia terpaksa tinggal jauh dari kedua orang tuanya.

"ayo, bawa aku kerumah sakit"

"aku tak punya uang"

"pinjam dengan bosmu"

Plak

pukulan melayang kepundak soobin. "aissh sakit!"

"menerimamu dirumah ini saja sudah beban tahu! aku mana berani meminta uang padanya. apalagi jika minta dengan eomma, bisa-bisa aku dimarahi." 

"Eommakan tahu aku sedang sekarat begini, pasti ia mau mengirim uang"

"itupun jika dia punya uang."

"...apa biaya rumah sakit semahal itu?"

Pertanyaan soobin berhasil membuat perempuan bernama Arin itu terdiam. apakah adiknya seserius ini ingin kerumah sakit? dan, sesakit apa pusing yang selama ini dirasakannya? sekarang, ia merasa bersalah pada soobin. soobin sudah tinggal dirumahnya selama setahun, artinya semua yang terjadi pada soobin jatuh ketangannya dan menjadi tanggung jawabnya.

"...a..ayo" ajaknya ragu.

"apa?"

"kubilang, ayo" ucapnya semakin yakin.

"t-tapi katamu kita ga punya ua-"

"jangan banyak bicara, sekarang ganti bajumu" perempuan itu bangkit dan bergegas keluar dari kamar soobin. Arin masuk kekamarnya dan berjalan mendekati lemari baju. ia menarik laci kecil didalamnya. 

tabungan.

Ia duduk dikasur sambil memeluk tabungan yang sudah ia isi sejak Sekolah Menengah Atas. bukan nominal yang menjadi masalah, namun waktu yang diperlukan untuk mengumpulkannya menjadi sebanyak ini. perlahan, tangannya membuka laci yang berada dinakas dan mengambil sebuah cutter.

"waktu untuk menggunakanmu telah tiba" ucapnya sebelum ia benar-benar memotong celengan plastik itu.


BEHIND YOU | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang