DG 3 - DARI HATI

952 88 1
                                    

Inginku melepasmu dengan pelukan~Ipang Lazuardi (Tentang Cinta)

Betapa bahagia Ardhan hari ini. Dira mengajaknya bertemu berdua hari ini di sebuah hotel.  Ardhan membawa banyak barang untuk putra kecilnya itu. Ada perlengkapan bayi, ada mainan dan beberapa baju cantik dan baju couple untuk mereka bertiga.

Dira hanya bisa berkaca-kaca melihat kehangatan keduanya. Ardhan bahkan tak segan membersihkan gumoh atau pun bekas ompol Ardi yang hanya memakai celana kain. Dan kehangatan itu terasa berbeda saat ia bersama Ismail.

"Kok sedih?" Ardhan mendekati Dira dan mengusap wajah manis Dira.

"Aku hanya menikmati waktu." Dira menggeser posisi duduknya.

"Kau bisa menikmatinya setiap saat engkau mau. Asal kau mau berjuang bersamaku." Ardhan terus memperhatikan Dira yang hanya memandang Ardi dengan mata berkaca-kaca.

Dira menggigit bibir atasnya, menahan perih membayangkan dirinya hanya akan menjadi istri muda, dicap sebagai perebut suami orang dan bahkan dengan segala cap buruk lainnya.

"Aku akan membelikamu rumah, rumah yang akan menjadi tempat tinggal kita dan adiknya Ardi kelak." Ardhan menggenggam tangan Dira dan meyakinkan.

"Aku tak sanggup menjadi istri mudamu." Dira meringis.

"Tidak ada masalah dengan status yang kau takutkan. Kau tetap istri. Aku tetap akan melindungi kalian." Ardhan memindahkan kepala Dira kedalam pelukannya.

Kini Ardi telah tertidur lelap, usai Dira menyusui dan dikelonin oleh Ardhan. Ardi nampak sangat pulas saat pria itu memeluknya tadi. Mungkin itu yang dinanti Ardi dari lahir sampai saat ini.

"Aku tidak ingin menjadikanmu ibu pengganti lagi. Tapi aku ingin menjadikanmu istriku yang sesungguhnya. Menjadikanmu ibu Ardi untuk selamanya. Dan aku adalah bapaknya. Kita orang tuanya. Bukan Alea." Dira semakin erat memeluk Dira dan matanya berkaca-kaca.

"Maafkan aku Mas. Aku tak sanggup. Terima kasih atas hari ini. Ini akan sangat membuat semuanya terasa indah bagiku dan Ardi kelak." Dira berusaha melepaskan pelukan hangat Ardhan. Pelukan yang sangat ia nantikan dalam hidupnya. Pelukan penuh pellrlindungan yang sangat mendamaikan. Ardhan mengusap rambut Dira, dan sesekali mengecup kepalanya.

"Apa kau akan pergi?"Ardhan semakin erat.

"Tentu mas. Aku tidak pernah diajari orang tuaku untuk merebut kebahagiaan orang lain. Aku hanya diajari untuk membehagiakan orang lain." Dira kini ikut memeluk tubuh Ardhan dan mencium aroma wangi parfum yang dulu selama hamil sangat ia senangi.

"Enggak Dir. Aku nggak akan mengijinkanmu pergi. Aku akan terus memperjuangkanmu. Sekecil apapun kemungkinan itu. Aku tak peduli lagi Dir, aku hanya ingin bersamamu. Tidak lebih dari itu." Ardhan memegang kepala Dira dan mengajak mata Dira untuk melihat mata Ardhan.

Jika hidup harus memilih, Ardhan masih belum tau apa yang harus ia pilih. Namun yang ia tau, cinta antara dirinya dan Dira telah tercipta, bertumbuh subur dan mulai mengakar dengan kuat.

Dira semakin terpesona dengan pria yang ada didepannya. Seperti apapun semua itu, ia juga merasa bersalah, ia tidak mendengar pembelaan Ardhan sedikit pun saat Alea membuangnya malam itu.

Ardhan mendekatkan wajahnya, dan mencium bibir Dira dengan sangat lembut, memcurahkan segala perasaan yang tak bisa ia curahkan dengan kata-kata.

Sedangkan Dira, ia pun juga ikut larut dalam keadaan yang sangat mendukung untuk mencurahkan segalanya. Namun ia segera sadar akan tujuan utamanya.

"Aku akan segera mandi. Tolong antar kami ke kontrakan Mas." Dira beranjak, dan mulai berkemas.

Mas, panggilan itu terasa sangat mesra ditelinga Ardhan. Namun Ardhan sedikit kecewa, sebab sangat singkat ia bermain dan memeluk Ardi. Namun apapun itu, ia rela melakukannya, asal tetap bersama mereka.

"Nanti turunkan aku didekat halte saja, biar aku dan Ardi jalan kaki masuk ke Jalan Mawar. Nanti kalo Mas mau anterin barang, turunkan barangku didepan kontrakan." Dira memerintah Ardhan.

"Ya tidak bisa, aku akan mengantarmu ke depan kontrakan. Bahkan aku mau menginap." Ardhan merasa digantung harapannya.

"Mas kira, semua tetangga tidak akan bebisik aneh apa? Saat istri pelaut, pulang bersama pria lain. Dan beberapa kali dua pria datang kerumah dan keluar dalam keadaan lebam-lebam? Apa kau tega saat aku digunjingkan orang sebagai wanita penghibur?" Suara Dira naik satu oktaf.

"Pelaut?" Ardhan tidak percaya.

"Ya, pelaut di lautan cinta yang g ada tujuannya mau ke pelabuhan mana. Apa harusnya aku bilang aku janda saja?" Dira mengomel.

Gimana gaes Dira ini. Mau apa dan mau kemana sih selanjutnya???

DUA GARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang