DG 10 - Sakit

707 62 6
                                    

Cinta aku mohon maafkanlah aku~ Alea Ahmad.

Alea terus menangis selepas kepergian Ardhan. Pria itu meninggalkannya tanpa peduli seberapa keras tangisannya. Ia hanya bisa menatap mobil Ardhan yang meninggalkan gerbang dan pergi melesat entah kemana.

"Kamu bisa menghubungi Gio jika kamu perlu aku. Sebab aku akan memblokir nomor mu sampai aku menemukan Dira." Kalimat Ardhan yang terus terngiang-ngiang ditelinga Alea.

Alea berjalan sempoyongan, pandangannya kosong, ia sempat berkali-kali jatuh bangun untuk menuju tangga ke lantai 2. Sinta dengan sigap membantu Alea berdiri saat majikannya itu terjatuh.

Sesampainya di kamar, Alea langsung menyuruh Sinta keluar. Alea menangis sambil memeluk bantal yang biasa dipakai Ardhan tidur.

"Mas, kenapa harus seperti ini? Apa salahku Mas? Aku wanita pesakitan Mas. Jika Tuhan tidak memberiku keajaiban, Aku tidak akan memiliki Alan Mas." Alea terus berteriak.

"Aku tidak ingin menyakiti Dira Mas. Aku hanya ingin kamu menjadi suamiku. Aku memcintaimu Mas.! Aku tidak sanggup seperti ini." Alea terus berteriak.

"Aku wanita yang penuh pesakitan Mas. Aku wanita yang hidupnya sering dikucilkan banyak wanita lain sebelum aku memiliki Alan. Aku tau aku sudah tidak secantik Dira. Tapi aku yang bersamamu saat kamu sedih dan susah Mas." Alea meraung-raung.

"Kenapa istri muda mu hanya bisa menghancurkan pernikahan kita Mas? Aku tau aku kalah segalanya darinya. Tapi apa kau tidak memikirkan seberapa beratnya menjadi aku? Aku mencintaimu Mas." Alea hanya bisa meraung dan meraung di kamarnya.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Ardhan memasuki apartemen yag disewanya dengan penuh amarah. Ia menyesali kelakuannya yang kurang tegas terhadap Dira mengakibatkan istri mudanya itu pergi.

Teringat saat mereka bertiga menghabiskan hari bersama, saat ia mencium bibir Dira dengan perasaan cinta dan penuh kehangatan. Tercetak jelas bagaimana istrinya itu sangat bahagia.

"Kamu kemana saja Dira? Kenapa kamu selalu diam dan penuh rahasia? Kamu selalu pergi membawa sebagian dari diriku? Aku mencintaimu Dira. Aku tidak memandangmu sebagai wanita yang menyewakan rahimnya. Tapi aku menatapmu sebagai wanita yang aku cintai."  BatinArdhan berdiri didekat jendela dan mamandang suasana luar dalam diam.

"Aku salah Dir, membiarkanmu disakiti dengan jahat oleh keluargaku. Aku ingin bersamamu Dir. Aku mencintaimu."Ardhan mengusap airmatanya.

Jika pria tak boleh menangis, maka ungkapan itu adalah hal yang salah. Ardhan benar-benar menangis. Terlintas hari bahagia bersama Alea, saat mereka menikah dan hari bahagia saat ia bersama Dira.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Dira tertidur lelap usai lelah menangis. Ratna sibuk membantu Dira mengurus Ardi yang ikutan rewel saat Dira bersedih. Ratna pun segera menyusul suaminya di dapur sambil menyesap kopinya.

"Ini bagaimana pak? Apa yang harus kita lakukan?" Ratna duduk disebelah suaminya.

"Entah lah bu, yang jelas Bapak harus bertemu dengan keluarga bajingan itu." Edi melipat bibirnya menahan kecewa.

"Mereka orang kaya pak. Dan apa yang bisa kita lakukan?" Ratna menunduk.

"Bapak akan jual sapi kita, kita kembalikan semua bantuan mereka kepada kita. Agar kita tidak punya hutang budi." Edi menoleh ke istrinya.

"Lalu Dira? Bagaimana gadis itu akan bertahan ditengah omongan masyarakat." Ratna mengelus pundak suaminya.

"Kita nikahkan saja dengan pria yang mau menerima kondisinya sebelum anaknya besar. Kita hapus saja jejak keluarga bajingan itu." Edi sangat marah

Kalo author up.  Berarti lagi senggang yaaa...

DUA GARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang