DG 17 -Apa Salahku? (Part 1)

579 57 19
                                    

"Akhirnya, kini aku mengerti, apa yang ada dipikiranmu selama ini,, kau hanya ingin mempermainkan perasaanku.. Tak ada hati.. Tak Ada Cinta.." Dmasiv-Apa salahku.

"Assalamualaikum." Suara pria mengagetkan Dira yang sedang menyapu halaman rumah, sementara Edi sedang memangku Ardi di teras.

Dira menjawab salam itu penuh gemetaran. Dipandangnya lelaki yang ada dihadapanya dengan penuh air mata. Bahagia, rindu, kecewa dan marah terkumpul jadi satu didalam hatinya. Dira berlari menghambur ke pelukan pria itu.

"Mas, aku rindu." Dira berkata lirih.

"Dira, dia siapa?" Edi melotot memandang perilaku dua manusia didepannya.

"Pak, tolong bapak jangan marah. Dia ayahnya Ardi." Dira melepas pelukannya dan berlari menuju Ardi.

"Suruh dia masuk." Edi menatap penuh kebencian kepada Ardhan.

Ardi merengek minta digendong Ardhan begitu pria itu masuk kedalam rumah. Tak pelak Dira menyerahkan anaknya itu untuk digendong sang ayah. Ada rasa bahagia dan juga sendu didalam hatinya.

Edi menatap Ardhan lekat. Pria yang hanya sepuluh tahun dibawahnya, menjadi menantu tak terduga. Membawa luka sekaligus kecewa terhadap gadis yang diasuhnya sebagai amanat dari adiknya.

"Mas ini siapa?" Edi bicara tanpa basa-basi.

"Saya Ardhan Dwijaya Dirgantara. Ayah kandung Ardi." Ardhan menjawabnya dengan mantap.

"Suami? Atau pelaku pelecehan seksual?" Edi menatap sinis.

Ardhan tau, didalam hati Edi pasti ada rasa yang sangat sakit. Melihat putrinya diperlakukan tidak adil oleh nasib.

"Saya suami pak. Walaupun siri. Saya bersedia meresmikan hubungan saya dengan Dira. Saya sudah membawa semja berkas dan hal-hal yang diperlukan." Jawab Ardhan.

"Semudah itu kamu melakukannya?" Edi sangat tidak suka.

"Saya tau saya salah pak. Saya meminta ketulusan bapak, untuk memberi maaf atas semua yang terjadi. Saya meminta maaf pak. Tolong berikan saya kesempatan untuk kembali kepada Dira, membangun keluarga untuk Dira dan Ardi." Ardhan meneteskan air mata.

"Demi Dira atau demi Ardi?" Edi mencoba mencerna perkataan Ardhan.

"Dira pak." Ardhan menatap sendu Ardi.

"Kenapa bukan Ardi? Bukankah bayi itu yang seharusnya kamu ambil?" Edi menatap Ardhan penuh emosi.

Sorry gaes.. baru update.. baru sembuh dari serangan covid-19.. dan sedang dalam fase pemulihan.. mohon doanya ya teman²

DUA GARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang