DG 14- Kamu Tujuanku!

640 56 3
                                    

I was getting kinda used to being someone you loved.-someone you loved by lewis capaldi

Edi terkejut melihat seorang pria duduk tertidur diteras rumahnya usai pulang dari mushola. Pria itu berpakaian sangat rapi, berkulit kuning langsat dan berbody atletis. Tampaknya pria itu bukan pria sembarangan. Dan ia memperhatikan sekeliling pria itu, terdapat sebuah ransel didekat kakinya.

"Nak bangun. Bangun!" Edi menyentuh pundak pria itu.

"Maaf pak, saya baru sampai setengah jam yang lalu." Pria itu mengucap matanya.

Edi mengamati pria itu. Ia bermur cukup muda, belum mencapai tiga puluh tahun. Ia mengingat-ingat sesuatu, apakah pria ini adalah keponakannya dari kerabat yang paling jauh. Namun Edi sama sekali tak mampu mengingat apapun.

"Saya Johan Ismail pak." Ismail mengulurkan tangannya mengajak Edi bersalaman.

"Saya Edi. Kamu siapa?" Edi mengerutkan kening.

"Saya Johan Ismail. Seseorang yang memperjuangkan Dira." Ismail begitu antusias.

Edi mengenggam erat tangannya. Raut mukanya berubah drastis dari datar berubah menjadi penuh amarah dan kekecewaan. Ia ingin memukul Ismail saat ini juga. Ia mengira Ismail lah ayah Ardi yang dianggapnya tidak bertanggung jawab.

"Kamu mencari Dira? Dia tidak ada disini." Suara Edi begitu sinis.

Mendengar nama Dira disebut, sipemilik nama yang sedang menyapu lantai ruang tamu mengintip lewat jendela. Betapa terkejutnya Dira. Ismail benar-benar datang.

"Pak, dia teman Dira. Mari masuk Mas." Dira menggandeng Edi agar emosi Edi tidak memuncak.

Dira menceritakan siapa Ismail dan apa yang telah Ismail lakukan untuk Dira dan Ardi. Emosi Edi menurun. Ia lega karena tidak salah memukul orang.

"Jadi tujuan Mas kesini?" Tanya Edi yang tak bisa basa-basi.

"Saya kesini untuk melamar Dira Pak. Ijinkan saya menikahinya. Saya mencintai Ardi dan Dira. Saya bahkan jatuh hati padanya sebelum ia menikah dengan Tuan Ardhan. Majikan saya." Ismail menatap Dira penuh kerinduan.

Dira menatap Ismail dengan tatapan sendu. Seandainya pria itu datang sebelum keluarga Ahmad menawarinya dengan perjanjian tidak masuk akal itu pasti ia akan sangat bahagia.

"Saya tidak mengenalmu, tapi saya rasa kamu orang baik. Saya hanya bisa memasrahkan semuanya pada Dira." Edi menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Saya tidak akan memaksakan Dira pak. Sebab cinta itu begitu lembut dan tidak akan pernah salah arah. Saya akan menunggu sampai Dira memberi jawabanya." Kata Ismail tegas.

"Jika Dira memberi lampu hijau dalam waktu dekat, saya bersedia menikahinya kapanpun. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa membawa keluarga saya. Sebab saya yatim piatu. Keluarga besar saya jauh di Sumatera, dan akan mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mengajak mereka untuk datang. Tapi saya pastikan mereka merestui siapapun pilihan saya."

Yang kangen sama Mas Ismail.. tak kasih spesial buat kalian

DUA GARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang