DG 30 - Hempasan

431 32 0
                                    

Kau hempaskan aku tak berdaya~ Naff "Ketika semuanya harus berakhir"

Dira memasak tumis buncis, tempe goreng dan nasi usai berbelanja. Usai menidurkan Ardi, ia mulai sarapan. Ditatapnya jam menunjukkan pukul sepuluh siang, ia harus buru-buru membersihkan apartemen agar saat ardi bangun bisa menemaninya.

Diputarnya aplikasi musik untuk menemani aktivitasnya. Sambil mencari lagu di ponselnya ia mengecek WA, apakah Ardhan sudah membaca pesannya. Ternyata belum anda tanda terbaca.

Sore usai memandikan Ardi, ia segera berdandan cantik. Ia keluar dari apartemen sambil mendorong kereta Ardi. Sepanjang menyusuri lorong ia melihat dua perempuan berjalan didepannya sambil mengobrol.

"Eh, dengar-dengar semua unit apartemen lantai ini dibeli oleh salah satu konglomerat buat menyimpan istri dan anaknya yang dibawah umur." Gadis berbaju merah mulai berbicara.

"Tau darimana kamu?" Tanya yang berbaju biru.

"Dari Rea, dia kan marketing gedung ini." Jawab sibaju merah.

"Enak sekali ya, tinggal ngangkang dapat unit apartemen satu lantai full." Jawab si biru. Keduanya pun terkekeh.

Batin Dira bergejolak. Apakah dirinya sehina itu hingga semua orang mengiranya adalah gadis yang rela ditiduri oleh pria beruang dan rela menjadi simpanan demi uang. Dulu memang iya, namun kedatangannya kali ini bukanlah sebagai wanita seperti itu.

"Ardi, sepertinya mau maghrib. Kita pulang yuk. Siapa tau papa akan datang." Dira segera mengajak Ardi naik ke apartemennya kembali.

Jam menunjukkan pukul 20:00. Suara pintu terbuka dan orang berjalan terdengar jelas di lantai bawah. Dira segera melihat siapa yang datang, ternyata Ardhan dan seorang wanita. Wajah Dira terkejut.

"Mbak Alea?" Pekik Dira kemudian menutup mulut.

"Tolong bikinkan minum Dira." Ardhan menyuruh Dira. Dira pun menurut.

Ketiganya duduk diruang tengah. Ardhan Alea dan Dira duduk terpisah di kursi masing-masing. Badan Dira terasa membeku. Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya.

"Dira.. aku tidak punya waktu lama untuk menemuimu. Kamu tau kan rasa sakit yang aku rasakan karenamu. So.. aku nggak akan buang-buang waktu." Alea menatap Dira seksama.

"Silahkan Mbak." Dira ketakutan, disini tidak ada bapaknya yang siap melindunginya setiap saat.

"Aku dan Mas Ardhan rujuk. Aku ingin kita berjalan sesuai kesepakatan awal kita. Setelah Ardi satu tahun aku dan Mas Ardhan akan mengasuhnya. Dia milik kami." Alea mengintimidasi Dira.

Dira melotot mendengar perkataan Alea baru saja. Ia terkejut. Ia menoleh kearah Ardhan dan meminta penjelasan darinya. Ardhan menatap dengan seksama namun tiada jawaban.

"Ardi itu anakku. Tidak ada yang bisa mengubahnya." Dira berdiri dan menampar Alea.

"Kamu mengajakku ke Jakarta hanya untuk ini Mas? Dan kamu menjebakku?" Dira berdiri dan menampar Ardhan.

"Tenanglah dulu Dir." Ardhan menggenggam tangan Dira agar tidak menamparnya lagi.

"Alea pulanglah. Biar aku yang berbicara padanya." Ardhan menatap Alea. Alea pun segera meninggalkan apartemen itu.

"Mari kita selesaikan semuanya secara profesional Dira." Ardhan segera menggendong Dira sekenanya.

DUA GARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang