Tentukan arah hidupmu.~Edi Rahmadi
"Loh Pak Edi kok tidak memberi kabar mau berkunjung. Untung ketemu pak." Malik menghentikan atvitasnya memberi pakan sapi peliharaannya.
"Maaf Mas. Saya tidak punya lagi jalan yang harus saya lewati." Edi hanya berkaca-kaca.
"Mari pak kita bicara di teras sana. Biar lebih leluasa." Malik mengajak Edi berjalan ke menuju teras yang dimaksudkan.
Edi menatap Malik dari belakang. Ia menatap badan tegap Malik, dengan kulit kecoklatan khas pekerja keras, namun tetap rapi khas pria mapan.
Siapa yang tidak mengenal Maulana Malik, duda beranak dua berumur hampir empat puluh tahun. Duda yang hidup sendiri selama lima tahun terkahir setelah bercerai dari mantan istrinya. Dan hak asuh kedua anaknya jatuh ke tangan ibunya.
"Mbak Siti, bikinkan kopi dua ya." Malik mempersilahkan Edi duduk dan mulai menyalakan rokoknya.
"Mas, bapak sangat malu mengatakan hajat bapak padamu. Bapak tidak tau harus memulai darimana." Suara Edi begitu lirih.
"Ada apa pak? Sepertinya bapak sangat sedih." Malik menatap Edi penuh perhatian.
"Saya ingin menjual sapi dan sawah saya. Tolong dibeli ya Mas. Saya sangat butuh uang." Edi menunduk.
"Lah, kenapa sawahnya dijual pak?" Malik terkejut.
"Mas Malik kan tau masalah yang kami alami. Tentang Dira anak saya. Rencana uang itu mau saya kembalikan kepada pemiliknya." Edi menatap arah lain menyembunyikan kesedihan dimatanya.
"Gimana ya pak? Saya pikir dulu." Malik menatap kegalauan hati Edi.
"Setelah lunas, saya akan menikahkan Dira dengan pria yang mau menerima kondisinya. Saya tau kesalahan Dira sangat berat." Edi hanya menatap kosong kearah kandang sapi Malik.
"Dinikahkan kembali bagaimana to Pak?" Malik melongo mendengar kata-kata Edi.
"Bayinya pasti perlu bapak. Saya tidak ingin Dira hidup sendiri diusia delapan belas tahun. Dan saya ingin Dira hidup bahagia. Apa yang bisa diharapkan dari sebuah pernikahan siri?" Edi semakin sedih.
"Nikah siri?" Malik melongo tak percaya.
"Itulah faktanya Mas. Jika Mas punya teman yang mencari istri, tolong katakan padanya, ada janda muda yang mencari pasangan." Edi mengusap matanya yang berkaca-kaca.
Malik melongo mendengar semua cerita Edi. Ia hanya tepekur. Ia sendiri sedang mencari istri. Dan pertemuan terakhir mereka sempat membuat Malik begitu takjub pada putri sahabatnya.
"Bapak minta tolong ya Mas. Hidup Dira bagaikan guci antik yang sudah retak. Dijual tidak laku mahal, dipajang tidak cantik lagi." Edi menoleh ke arah Malik.
"Apa ngga saya saja pak yang melamar?" Malik tersenyum kecut.
"Kalau Mas Malik, sepertinya Dira tidak masuk dalam kriteria Mas. Siapalah Dira Mas. Bisa bersanding dengan lelaki mapan seperti njenengan." Edi menatap ke arah lain.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Dira terkejut saat Ratna memberi tahunya bahwa ia akan dinikahkan kembali oleh Edi. Sebab Edi tak sanggup menahan malu dan juga kehidupan Ardi kelak yang tanpa ayah.
"Jika hanya sesuap nasi, Bapak bisa memberimu dan Ardi. Tapi bagaimana dengan kasih sayang yang seharusnya Ardi dapat? Dan bagaimana kamu akan menjawab pertanyaan demi pertanyaannya nanti?" Ratna menggendong Ardi, sementara Dira repot mencuci piring.
"Kenapa Dira harus menikah lagi bu? Dira bisa membesarkan Ardi seorang diri. Dira akan bekerja, berjualan di pasar dan mendapat uang." Dira meringis.
"Apa anakmu hanya butuh uang Dir?" Ratna menepuk pundak Dira.
"Dia punya Bapak bu. Bapaknya hidup dan sangat mampu menafkahinya." Dira meringis, teringat senyuman Ardhan padanya.
"Jika dia punya Bapak, kenapa Bapaknya tidak datang dan menjaga kalian? Apa kamu mau menularkan cerita tentang bapak yang tidak bertanggung jawab pada istri dan anaknya." Ratna mengolok Dira.
"Ibu belum mengenal bapaknya Ardi. Ibu tidak bisa berkata demikian." Dira melempar sendok ke wadah cuci lain dengan kasar.
"Kamu mencintainya, tapi? Apakah dia mencintaimu Dir? Ingat Dir, kamu itu orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Mungkin kamu bahagia dengan suamimu, tapi seberapa banyak sumpah dan doa buruk yg diucapkan istri tuanya padamu?" Ratna menepuk bokong Ardi yang mulai tertidur.
"Ibu.." Dira menangis.
"Ibu tidak rela Dir, anak ibu hidup dengan sumpah serapah dan doa buruk dari orang lain yang hidupnya dirusak olehmu." Ratna mengusap air matanya.
Gimana gaes?
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA GARIS
RomanceSkuel dari "Terlalu Lelah" Jika jalan yang kau hadapi sangat melelahkan, maka cara terbaik dalam melewatinya adalah dengan berusaha tetap menbahagiakan hati~Indira Trisha. Cinta yang diawali dari sebuah kesalah, mungkin akan sangat sulit diperbaiki...