DG 7- Pilihan

733 70 11
                                    

Siapapun kamu, kamu berhak memilih bahagia.~Author

Dira ada didalam kabin truk yang siap mengangkut semua barang yang ia beli dan dipakainya untuk berdagang. Ia berniat pindah kekota lain untuk memulai hidup, mereka berangkat dinihari usai Dira membereskan semua barangnya.

Ia berpamitan pada Winda lewat pesan WA saja. Dan gaji karyawannya itu ia transfer sore tadi. Ia memang merahasiakan semuanya, Winda yang sehari-hari bersamanya. Ia hanya memberi tau pemilik kontrakannya tadi sore.

Truk itu berangkat, Dira hanya bisa meneteskan airmata, memandang kontrakannya dari spion truk tersebut. Sopir truk itu hanya bisa melirikya.

"Kenapa mbak kok pindah?" Sopir truk bernama Andi itu menanyainya.

"Bercerai pak." Dira mengusap airmatanya.

"Kalau boleh tau kenapa mbaknya bisa berpisah?" Andi berusaha mengajaknya berbicara agar ia tak mengantuk.

"Orang ketiga pak." Dira menatap Ardi yang tertidur pulas dalam pangkuannya.

"Setiap pernikahan ada saja cobaannya mbak. Saya yang sudah tiga puluh lima tahun menikah pun juga tetap ada cobaan. Tapi harus tetap semangat loh mbak." Andi memyemangati Dira.

"Iya pak. Saya sudah mengikhlaskan semuanya." Dira mulai menguap.

"Kalo ngantuk tidur aja mbak. " Andi begitu kasihan melihat Dira. Dira pun langsungn terlelap.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

Ardhan segera datang ke warung Dira. Semalam suntuk ia tak bisa terlelap. Dia terus kepikiran Ardi dan Dira. Namun betapa terkejutnya saat ia tiba. Tertulis kata "pindah" di pintu depannya.

Ardhan langsung frustasi melihat tulisan itu. Ia kehilangan Dira dan Ardi untuk kedua kalinya. Dan yang paling membuatnya frustasi adalah, ia tak datang kemarin sore.

Ia bertanya kesana dan kemari ke tetangga sebelahnya, namun tak ada yang tau kemana Dira. Bahkan termasuk Winda.

Ardhan berusaha menghubungi Dira, namun nomor Dira tak bisa dihubungi. Ia menghubungi Ismail. Ternyata Ismail juga tak tau.

Ardhan mencurigai seseorang, dan segera mendatangi orang itu.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

"BRAAAKK!!"

Ardhan masuk keruangan Alea dengan emosi tinggi. Ia tak peduli beberapa karyawan Alea duduk di depan sang pemilik perusahaan. Semua orang hanya diam. Dan tak lama mereka semua pamit meninggalkan ruangan tersebut

"Aku tau kamu pelakunya." Ardhan duduk di kursi depan Alea.

"Kamu biacara apa Mas?" Alea melotot saking terkejutnya.

"Pasti kamu yang menyuruh Dira pergi bukan? Kamu yang mengusirnya?" Ardhan menunjuk-nunjuk muka Alea sambil emosi.

"Kamu ini kenapa Mas?" Alea langsung memundurkan kursinya.

"Apa hak kamu mengusir Dira dan Ardi? Dia istri dan anakku. Kamu tidak ada hak dengan hidup mereka. Aku tak menyangka kau akan sejahat ini Alea. Aku bahkan tak bisa lagi mengenali siapa dirimu sekarang Alea." Ardhan berdiri dan terus menunjuk-nunjuk muka Alea.

"Aku bahkam tidak tau apa maksudnmu Mas." Alea hanya bisa meneteskan Air Mata.

"Aku hanya ingin istri dan anakku kembali Alea. Aku tidak peduli padamu. Aku akan pergi Alea. Aku akan memilih dia yang aku cintai. Dan kau, silahkan menghabiskan waktumu dengan instropeksi kesalahanmu Alea." Ardhan marah dan segera meninggalkan Alea yang hanya bisa bersimpuh dan menangisi Ardhan.

Baru up gaes.. repot

DUA GARISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang