O1

9.1K 1K 56
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kakak udah bangun"

Javien menoleh kearah Yuna yang tampaknya baru saja keluar dari kamar. Ia tersenyum tipis dan mengangguk.

"Udah bun"

Yuna tersenyum dan mengecup pucuk kepala Javien, lalu tangan lentiknya mengusak lembut rambut hitam milik anak sulungnya.

"Mau sarapan apa hari ini?"

Javien mendongak kearah Yuna. "Terserah bunda aja, vien makan apapun yang bunda masak"

Yuna tersenyum lebar lalu terkekeh geli. "Kakak, lembutnya ke bunda doang"

Javien menautkan alisnya heran. Memangnya ia harus bersikap seperti apa ke bundanya? "Emang harusnya gitu, kan?"

Yuna mengangguk, tangannya masih sibuk mengelus surai hitam milik Javien. "Iya, tapi keliatan banget bedanya, kamu gak gini ke perempuan lain"

Javien menaikkan salah satu alisnya heran. Lalu mengalihkan pandangannya kearah laptopnya.

"Ngapain?"

Yuna menghela napas lalu mengusak rambut Javien, sebelum melangkah kearah dapur. "Yaudah bunda masak nasi goreng yah"

Javien mengangguk, jemarinya sibuk berkutat pada touchpath laptopnya.

"Nana pake sosis bun!"

"Iya kak!"

Yuna terkekeh pelan sambil melirik kearah putra sulungnya sejenak. Javien itu, dia memiliki sikap tsundere terhadap ke 2 saudara kembarnya. Laki laki remaja itu sulit menunjukan rasa sayangnya sscara langsung.

Biasa tertutupi oleh gengsi, apalagi dengan saudara kembar ke 2nya, Javier.

Cklek

"Pagi semuanyaa!!"

Javien menoleh sejenak kearah adik bungsunya yang baru saja keluar dari kamar, sebelum akhirnya ia kembali fokus pada kegiatan editing-nya.

"Pagi Nananya buna"

Nana menoleh kearah Yuna yang tengah sibuk mengupas bawang. Dengan langkah cepatnya ia menghampiri sang Buna, lalu memberikan kecupan singkat di pipi wanita tersayangnya itu.

"Buna masak apa?" Tanya Nana sembari memperhatikan Bunanya mengupas bawang putih.

"Nasi goreng, sayang"

Nana mengangguk paham, lalu dengan senyuman penuh antusiasnya ia menatap Yuna. "Boleh nana bantu?"

Yuna tampak berfikir sejenak lalu menggeleng. "Gausah sayang, temenin kakak aja tuh"

Nana menoleh kearah Javien yang baru ia sadari tengah duduk di bangku meja makan.

"Eh iya kakak! Nana temenin kakak aja yah buna! Buna hati-hati nanti kena lagi tangannya"

Nanggara triplets || Na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang