.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nana : kak, Hari ini Nana jenguk abang agak sorean yah, ada urusan
Javien menghela napas, lalu memasukkan ponselnya kembali kedalam saku celananya. Entah apa yang akan adik bungsunya itu lakukan, ia harap tidak berbahaya.
Ia mendorong pintu ruang inap Javier, dapat ia lihat Javier tengah berbincang dengan Havran dan Raden. Ke 2 sekawan itu memang sudah menjaga adiknya sejak pulang sekolah, namun seingatnya sang ayah juga ikut menjaga Javier.
Tapi kemana pria itu?
"Ayah mana?" Tanya Javien yang menarik atensi ke 3 orang itu.
"Ada urusan, makanya pergi," Ujar, Javier menjawab pertanyaan Javien.
Javien mengangguk, ia berjalan mendekati sang adik.
"Gua kira lu gak dateng," Ujar Raden, mengingat anak sulung Nanggara ini cukup sibuk.
"Urusan gua udah selesai," Ujar Javien, sembari mengeluarkan satu tempat makan kardus kecil yang berisi mochi dari tas sekolahnya. Melihat itu Javier tampak menatap binar.
"Mochi!"
"Kayak bocah abis liat balon aja lu!" Seru Havran kala melihat raut antusias Javier tampak seperti bocah.
Javier menghiraukan ucapan Havran, ia lebih memilih fokus pada mochi itu.
Rasanya sudah begitu lama ia tidak memakan makanan manis, setelah 4 hari lidahnya hanya menyapa bubur ayam atau sup.
Sekali sate sih, sate yang dari Sava.
"Gimana, kondisi lu?" Tanya Javien sembari memperhatikan seluruh luka sang adik dan menyuapi mochi pada Javier.
"Udah lumayan."
"Punggung?"
"Masih agak nyeri."
Javien mengangguk paham, ia menoleh kearah Havran dan Raden yang tengah bersandar di sofa. Ah tampaknya kedua laki laki itu lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanggara triplets || Na jaemin
Ngẫu nhiên"Kalian ini kayak satu orang, 3 kepribadian yah" Kira kira itu kalimat yang seringkali didengar oleh ke 3 anak laki laki kembar keluarga Nanggara. Tentu saja kalimat itu membuat mereka kesal, namun tidak dapat memungkiri kalau... ...memang benar me...