O7

4K 495 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari Senin. Seperti kebanyakan anak sekolah, ke 3 anak ini sangat membenci hari senin.

Ralat. Yang bener bener benci itu cuma Javier, kalo Javien sama Nana mah biasa aja.

Orang mereka ber 2 tipikal anak rajin, beda sama Javier yang ngaret banget padahal udah tau hari Senin biasanya upacara.

Liat aja pagi pagi dia udah-

"Udah 13 kali kamu telat, Javieerr"

Javier meringis kala mendengar Pak Senja kembali memarahinya. Pria itu menghela napas, capek juga marahin satu manusia ini.

"Y-ya gini pak, saya tuh nyari dasi, nah sebagai murid yang baik saya berusaha nyari-

" Gak ada alesan, kamu tuh setiap hari ada aja kendala pagi pagi, kembaran kamu aja bisa dateng tepat waktu, kamu malah telat, emang pas jadi janin kamu juga telat kebentuk?"

Javier tersenyum canggung, lalu menatap Pak Senja dengan takut takut.

"Hehe, gatau sih pak, gak ada jam dirahim mama saya, jadi saya gatau telat apa enggak saya kebentuknya"

Senja memijat pelipisnya, lalu menatap Javier jengah. Gak nyangka dia sama muridnya, bisa bisanya jelasin hal gak masuk akal gitu sambil senyum manis.

"Udah udah, kali ini saya maafkan karena mood saya lagi baik, sana kamu sapu lapangan"

"Loh pak! Katanya moodnya lagi bagus, kok saya tetep dikasih hukum-

" Mau saya suruh kamu ngepel lapangan sampe bersih, iya?"

Javier menunjukkan cengirannya lalu menggeleng. "Ya enggak pak, yaudah pak saya akan menyapu lapangan dengan penuh semangat, biar mood bapak makin bagus"

"Cepetan sana kamu"

"Siap pak! Duluan ya!"

Javier berlari menunju lapangan. Senja menatap punggung muridnya itu sambil menggeleng geleng.

"Gak beda jauh sama papanya dulu"

Javier berjalan mengambil satu satunya sapu yang tersisa ditepi lapangan, lalu ia kembali berjalan kearah lapangan bergabung dengan anak anak lain yang juga dihukum.

Gak semuanya sih, beda beda dihukumnya dan Javier dapet hukuman yang paling berat, nyapu lapangan.

"Gak pernah absen lu kayaknya, setiap hari Senin selalu jadi pertugas kebersihan mendadak"

Javier menunjukan senyuman lebarnya pada Filiph--Teman sekelasnya--.

"Keren kan, gua sekolah bukan cuma belajar, tapi juga menjaga kebersihan sekolah"

Filiph menggeleng geleng. Gak heran dia mah sama Javier, kelakuannya ada aja.

"Sekalian aja lu bersihin toilet"

Javier sontak menggeleng. "Kalo itu gabisa, kasian petugas lain gak ada kerjaan nanti"

"Iya dah, terserah lu"

Javier tertawa pelan, tangannya sedari tadi tetap sibuk menggerakkan sapu ditangannya untuk membersihkan lapangan.

"Kak Javier! Ini aku beliin minuman, kakak pasti capek!"

Javier menoleh, menatap perempuan yang baru saja menghampirinya dengan sebotol susu strawberry ditangannya. Raut wajahnya agak mengerut tak suka, walau tertutupi dengan senyuman ramahnya.

Dengan ragu, Javier menerima sekotak susu strawberry itu. Membuat perempuan itu agak memekik senang.

"Makasih cantik, ntar pasti kakak minum"

Mendengar panggilan cantik yang diberikan Javier, membuat wajah adik kelasnya itu bersemu merah, tentu saja merasa salah tingkah dengan panggilan Javier.

"Permisi dek, tolong kembali ke kelasnya, disini tempat orang yang sedang menjalani hukuman"

Javier dan anak perempuan tadi menoleh, mendapati Javien dengan raut datarnya menatap adik kelasnya itu.

Tentu saja merasakan aura dingin Javien membuat perempuan itu bergidik ngeri. Walaupun tidak dapat memungkiri kalau Javien terlihat sangat tampan.

"A-ah iya kak, saya kembali dulu ke kelas"

Perempuan itu buru buru berlari menjauh dari lapangan. Wajahnya makin memerah, kala melihat Javier sempat melempar senyuman manis padanya.

"Lu yakin mau minum susunya?"

Javier menggeleng, ia menatap Javien malas, lalu kembali menggerakkan tangannya untuk menjalankan hukumannya. "Seharusnya lu gausah nanya"

Javien mengendikkan bahunya acuh. "Lu bilang mau minum"

Javier berdecak, melirik Javien sekilas dengan tatapan jengkelnya. "Cuma menghargai"

"Berarti omongan lu gak bisa dipercaya"

Javier kini menatap kembarannya dengan tatapan tajamnya. "Pergi deh lu! Waketos gak boleh ngobrol sama anak yang lagi dihukum"

Javien diam diam tersenyum tipis. Lalu hendak melangkah meninggalkan Javier.

"Grace tadi mau nyamperin lu, tapi gak jadi pas liat lu ngeflirt ke dekel tadi"

Setelahnya Javien benar benar pergi meninggalkan Javier yang agak terdiam mendengar ucapannya. Ia menghela napas pelan, matanya bergerak untuk menemukan keberadaan pacarnya.

Ternyata perempuan itu kini tengah berbincang dengan teman satu divisinya. Agak tenang kala melihat pacarnya tidak berbincang dengan laki laki lain. Namun perasaannya tentu saja tidak tenang.

Javier itu memang bodoh soal menjaga perasaan pacarnya.

"Javier Bego"

"Javier Bego"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. . . . . . . . .

Haii, aku up lagii
Gimana gimana? Garing gak? Aku ngeri banget book ini garing

Okayy, makasii buat vote, komen dan stay di book ini. Maaf kalo adaa typo, salah kata, kesalahan alur, garing dan kesalahan lainnya.

Babayy!! See yaa luvv!!












Nanggara triplets || Na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang