.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Cekrek!
Javier menjauhkan matanya dari viewfinder kameranya. Kepalanya agak tertunduk untuk melihat hasil fotonya kali ini, senyuman merekah menjadi tanda bahwa ia begitu sangat puas dengan hasil jepretannya.
"Fantasic!"
Kali ini yang menjadi model dari jepretan fotonya adalah langit sore. Entahlah langit sore hari ini terlihat begitu bagus dimatanya. Ditambah pohon pohon rindang yang menambah keindahan dalam jepretan fotonya.
Ya mungkin meminta Javien untuk mengeditnya sedikit akan membuat jepretannya terlihat lebih bagus.
"Nee, halmeoni, Javien usahakan"
Javier menoleh, menangkap sang kakak sedang melakukan panggilan telphone didepan pintu penghubung dapur dengan taman.
Javien tampak begitu frustasi, terbukti dari cara laki laki itu mengacak acak rambutnya.
"Oy yen!"
Javien menoleh kearahnya, dengan ragu Javier melambaikan tangannya dan berusaha menunjukkan senyuman lebarnya.
Javien hanya menoleh sejenak kearahnya, lalu mendudukkan diri pada gazebo. Tentu saja Javier menyusul, tampaknya kembarannya ini sangat membutuhkan sandaran saat ini.
"Halmeoni?"
Javien mengangguk pelan, ia menghela napas berat. Javier merangkul bahu Javien, lalu menepuk nepuknya pelan.
"Masih kuat aja lu."
Javien tersenyum tipis, iya mengendikkan bahunya. "Lu mau gua stress?"
Javier terkekeh pelan. "Gua kira jadi cucu emas enak."
"Ternyata enakkan jadi cucu buangan."
Javien meninju lengan Javier main main. "Sembarangan"
"Kenyataannya gitu, emang pernah dia muji hasil potretan gua?" Javier melirik Javien sejenak. "Yang ada, malah pitrit tiris pitrit tiris, miwi jidi ipi kimi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanggara triplets || Na jaemin
De Todo"Kalian ini kayak satu orang, 3 kepribadian yah" Kira kira itu kalimat yang seringkali didengar oleh ke 3 anak laki laki kembar keluarga Nanggara. Tentu saja kalimat itu membuat mereka kesal, namun tidak dapat memungkiri kalau... ...memang benar me...