chapter 3

2K 262 15
                                    

Prank!

Sebuah asbak dilempar tepat di kepala anak buahnya dan darah pun mengalir.

Direktur Park berdiri dan mengambil tongkat baseball yang ada di dekatnya kemudian memukul pria itu habis-habisan dan pria itu hanya bisa meringkuk kesakitan di lantai.

"Sialan..!!! Dasar tidak becus..!!" Gusar direktur Park dan lagi-lagi menendang pria itu.

Tok...tok...tok...

"Masuklah." Direktur Park bangkit berdiri usai menendang pria itu. Dia mondar-mandir di ruangan itu dengan menahan amarah

"Bagaimana dengan Heesung?"

"Kami tidak dapat menemukan Heesung, direktur." Ujar pria baru masuk ke dalam ruangan tersebut. Sedetik kemudian langkah direktur Park terhenti dan spontan menatapnya tajam.

"Bagaimana dengan flashdisk yang ada padanya sialan?! Aku mempercayainya dan apa yang dia lakukan sekarang? Mengkhianatiku?" Ia memijit pelipisnya kasar. "Temukan dia sekarang atau aku akan melubangi kepalamu!"

Kali ini emosi direktur Park menjadi-jadi sebab flashdisk itu berisi data-data penting perusahaannya.

"Baik direktur."

Di sisi lain, Heesung dan Jay bersandar di ruangan itu karna tidak bisa kemana-mana karena ada Jake dan Sunghoon yang menjaga pintu.

Jay terus memandangi wajah Heesung.

Merasa terus dipandangi, Heesung balas menatap Jay. "Apa? Kenapa kau menatapku?"

"Kau terus merenung dari tadi."

"Berhenti menatapku seperti itu." Heeseung berujar yang membuat Jay pun berhenti menatapnya.

Pintu ruangan itu terbuka dan menunjukkan Sunoo disana dengan kedua tangan yang sedang memegang makanan. Ia mendekati jay dan heesung kemudian memberikan makanan itu dan meletakkannya agak kasar pada Heesung.

"Dasar pengadu." Cetus Sunoo.

"Maafkan aku. Aku juga punya tujuan datang ke sini."

"Lalu kau harus mengadukanku? Begitu?" Sunoo berujar dengan nada kesal.

"Hei. Aku mengadukanmu karena aku tau teman-temanmu akan datang.." Heeseung menggantung kalimatnya, bangkit berdiri mendekat ke arah Sunoo. "Dan intinya kau 'kan selamat." Bisik Heeseung terkekeh pelan yang mendapat tatapan tajam dari Sunoo.

"Apa kau berfikir kalau aku ini lemah ?" Sunoo menyembur. Benar-benar merasa kesal untuk kesekian kalinya.

"Bukan. Aku tidak bermaksud begitu." Heesung berujar cepat, takut jika Sunoo salah paham.

"Seharusnya kutinju saja wajahmu." Sunoo mendengus. Dia meletakkan makanan yang dibawanya tadi ke hadapan Heeseung dan ikut duduk di samping Heeseung. "Makanlah sebelum aku berubah pikiran."

"Apa kau mata-mata si tua bangka itu?" Tanya Sunoo dengan mata menyipit. "Dan bagaimana kau bisa sampai disini?" Lanjutnya.

"Tidak. Aku melihat Jungwon membawa Jay jadi aku mengikutinya."

"Sungguh?"

"Iya sungguh"

"Aku tidak percaya padamu."

"Terserah kau saja."

"Aku akan terus mengawasimu." Sunoo berujar dengan menunjuk matanya dengan mata Heesung bergantian.

"Hei. apa kalian tidak melihatku disini? Apa aku makhluk tak kasat mata?" Suara siapa lagi jika bukan Jay. Sedaritadi dia juga disana tapi tidak diajak bicara.

Tak sempat menjawab Jay, Jungwon masuk dengan tampilan berlumuran darah, tangan yang memegang senjata api 'glock' diikuti Niki dengan seorang yang sudah babak belur di cengkraman Niki.

Niki melemparkan pria itu tepat di hadapan Heesung yang sontak terkejut dan dia langsung berdiri.

Jungwon menjambak rambut pria itu dan menunjuk wajahnya pada Heesung dan Jay.

BANG!

Timah panas itu tepat mengenai kepala orang itu hingga membuatnya tergeletak bersimbah darah.

"Itulah yang akan kalian dapatkan jika berani melanggar aturanku." Jungwon memperingati dan berlalu dari sana.

Ia hanya ingin menunjukkan bagaimana hukuman yang akan dia berikan jika seseorang melanggar perintahnya.

Heesung hanya menatap sedih punggung Jungwon saat berlalu dari sana dan dia tak habis pikir bagaimana Jungwon yang dia kenal bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini.

Setelah Jungwon pergi, Sunoo mendekati Niki. "apa lagi kali ini?" Tanya Sunoo.

"Biasa. Jungwon bermimpi itu lagi." Ucap Niki sembari membereskan mayat itu.

'Mimpi?' Heesung membatin.

"Mimpi itu selalu membuatnya semarah ini." Sunoo menggelengkan kepalanya.

Setelah itu Sunoo berniat keluar ruangan itu namun tangannya ditarik oleh Heeseung.

"Apa maksud mimpi itu?" Ia bertanya.

"Kau tidak perlu tau." Jawab Sunoo dan menarik tangannya lalu berlalu dari sana.

-

Jungwon sedang duduk di sebuah kursi kayu memandangi langit malam sembari memegang kalung di lehernya.

"Lagi?" Sebuah suara datang dari belakang Jungwon dan menghampirinya.

Sudah kebiasaan Jungwon jika dia bermimpi maka dia akan duduk di atas gedung itu sembari memegang kalungnya.

"Sunghoon hyung."

"Kau belum mendapatkan kabar darinya?" Sunghoon menepuk pundak Jungwon.

"Tidak, hyung." Ia menghela napas dan memengang kepalanya. Ia merasa sangat stress memikirkan mimpi itu.

Sunghoon menenangkan Jungwon dengan menemaninya di atap itu. Sunghoon selalu menjaga Jungwon seperti adiknya sendiri dan dia selalu mengerti apa yang dirasakan Jungwon.

Jungwon sesekali bermimpi pada kejadian ibunya disiksa hingga tiada dan juga hyungnya yang pergi meninggalkannya.

Mimpi itu selalu membuatnya sangat marah sehingga dia harus menemukan kesalahan seseorang untuk melampiaskan kemarahannya.

Tbc...





Cerita ini di edit oleh summerhoons

Bonus!

vote ya🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vote ya🤗

Sebagai bentuk dukungan kalian

TERIMA KASIH💕💕

THE MAFIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang