MCBO-18

10.1K 1.1K 290
                                    

Kini Riza sampai di rumah nya dan menuju ke kamar armel untuk meminta maaf yang sempat tertunda di sekolah tadi.

Namun saat sampai di kamar armel, kamar itu kosong dan gelap, riza menyalakan lambu lalu melihat sekeliling dan dia menemukan lemari yang terbuka.

Riza menghampiri lemari armel yang biasanya terisi banyak baju kini kosong tak ada apapun di dalam nya.

"BI, BIBI"

Riza berteriak memanggil bi sari yang sedang berada di dapur.

"Iya den ada apa?"

"Armel kemana?"

Pertanyaan riza membuat bi sari terdiam lalu dengan gugup dan ragu dia memberi tau yang sebenarnya.

"Non armel teh pi-pindah ke apartemen" riza melotot mendengar jawaban bi sari.

"Se-serius? Tapi kenapa?"

Bi sari memandang prihatin riza yang menunduk dan bi sari yakini bahwa riza sedang menangis.

"Den jangan nangis nanti juga non armel kesini main kali kali bibi yakin"

Riza tak menjawab dia sibuk menangis dan mengusap air matanya yang terus menerus turun, dia tidak bisa tidur nyenyak jika tidak memeluk armel, dia juga tak bisa menjalani aktivitas seperti biasanya bersama armel.

"Alamat apartemen nya bibi tau?" Tanya riza.

Bi sari terdiam, dia tau namun bagaimanapun armel pernah bilang bi sari boleh berkunjung sendiri jika armel sedang rindu masakan nya, dan jangan beritahu riza dimana tempat nya berada.

"Bibi gatau coba tanya nyonya" riza mengangguk lalu berlari menuju kamar asla dan aren.

Di depan kamar tanpa mengetuk riza langsung masuk dan menemukan asla dan aren yang sedang duduk di sofa kamar mereka.

"Kenapa za?"

"Alamat apartemen armel dimana?" 

Aren mengeryit bingung bukannya armel tinggal bersama mereka lalu kenapa riza menanyakan apartemen?

"Lah kan kita satu rumah" heran aren.

Riza memandang mommy nya yang sedari tadi diam dengan handphone di tangan nya.

"Mom dimana alamatnya?"

Asla memandang riza lalu mengerdikan bahunya tanda dia tidak tahu padahal dirinya sangat tau dimana armel berada.

"Mom please kasih tau"

"Gatau"

Riza memandang asla kecewa dia pastikan asla menjadi dalang dari semua kejadian ini dan kejadian kepergian armel.

Riza keluar dari kamar lalu berlari menuju kamarnya dengan air mata bercucuran.

Riza mengunci pintu kamar nya lalu merebahkan badannya di ranjang dan masih menangis tanpa henti.

Sedangkan di kamar asla, aren memandang asla dengan sorot mata yang tajam.

"Ini pasti ulah kamu, bener?"

Asla mengangguk tanpa beban hal itu membuat aren menghela nafas prustasi dengan sifat asla yang tidak dewasa bahkan berbeda dengan asla yang dulu menurut nya.

"Kenapa sla?" Heran aren.

"Karena aku gamau riza celaka karena musuh armel, aku sayang banget sama riza aku khawatir jika riza terus dekat dengan armel dia akan dalam bahaya" 

Aren memandang asla dengan tatapan kecewa.

"Cara kamu salah sla"

"Itu udah paling bener buat lindungin riza dari bahaya"

MY CHILDISH BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang