MCBO-20

11.1K 1.2K 364
                                    

"Hati-hati kak"

Riza memeluk armel erat sedangkan armel menompang badan riza yang lemas dia mengendong kakaknya itu menuju ranjang dan menidurkannya kembali.

Armel ikut berbaring di sebelah riza lalu mengelus rambut kakaknya yang masih menangis.

"Udah jangan nangis"

Tangis riza semakin pecah beruntung kamar riza kedap suara hal itu membuatnya leluasa menangis dan armel leluasa berbicara tanpa khawatir asla akan tau.

"Udah makan?" Riza menggelengkan kepalanya.

Armel menghela nafas panjang "makan dulu baru boleh peluk lagi" riza mengangguk lalu melepaskan pelukan nya dan duduk perlahan.

Armel duduk lalu mengambil piring berisi makanan di samping nya lalu memandang riza yang juga memandang nya.

"Sini"

Armel menepuk pahanya agar riza duduk di pangkuan nya sedangkan riza hanya menurut lalu duduk dan memeluk tubuh armel erat.

Riza menerima setiap suapan armel tanpa melepaskan pelukannya, riza rindu sifat armel yang selalu perhatian padanya dan selalu berada di sisinya.

Lama melamun hingga tanpa sadar makanan yang armel suapkan sudah mau habis hanya tersisa 2 sendok lagi saja.

"Sakit ataupun enggak masih aja nafsu makan" armel terkekeh sedangkan riza memandang armel lalu mengecup pipi armel dan mengeratkan pelukannya.

"Jangan pergi lagi mel"

Armel tak menjawab dia hanya diam lalu menyodorkan suapan terakhir pada riza.

Armel menaruh kembali piring ke arah nakas lalu nengelus rambut Riza lembut dan memberikan obat yang tadi dia ambil juga air minum.

"Buka mulut"

Riza membuka mulutnya lalu dengan cepat armel menaruh pil obat ke mulut riza lalu memberikan nya minum.

"Tidur"

Riza mengangguk lalu memejamkan matanya tanpa melepaskan pelukannya pada armel, dia tidak ingin armel pergi lagi.

Tak sampai 15 menit riza sudah menjelajahi mimpinya.

Armel menahan sesak di dadanya dia memandang wajah polos kakak nya jika sedang tertidur lalu tangan nya mengelus pipi gembul riza dengan perlahan tanpa mau menganggu tidurnya si baby cengeng itu.

Armel membaringkan riza lalu dengan perlahan dia melepaskan pelukan riza pada pinggang nya lalu menyelimuti badan riza agar hangat.

Dia berpikir kenapa wajah riza sangat berbeda dengan wajahnya dan juga kenapa sifat riza sangat berbeda dengan sifatnya dan juga kenapa wajahnya tidak begitu mirip dengan kedua orang tua nya.

Pikiran armel melayang kenapa sikaf mommy nya begitu berbeda jika menyangkut riza yang terluka.

Berbeda dengan dirinya yang terluka.

Pusing dengan pemikiran nya armel menarik selembar rambut riza untungnya hal itu tidak mengusik tidur riza.

Armel menaruh rambut tadi di tisu yang ada di samping nakasnya dan menaruhnya ke saku jaket.

Selesai dengan kegiatan nya armel memejamkan matanya lalu kembali memeluk riza.

Mungkin dia bisa menemani kakaknya itu hingga pukul 2 dini hari karena tidak mungkin jika armel berdiam hingga pagi hari, bisa bisa dia dimarahi oleh asla.

Perlahan kantuknya datang dan armel pun mulai menyusul riza menuju alam mimpi, armel berpikir menyusup ke jendela riza akan menjadi rutinitas harian nya.

MY CHILDISH BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang