5

13 0 0
                                    

Tak terasa aku bahkan mengahabiskan waktu selama berjam-jam dengan berbagai makanan yang aku pesan setiap waktunya untuk menemani dan menikmati rindu sendiri.

Ternyata ini sudah hampir jam sepuluh malam, memang jarak dari kosan ke kaffe ini tak terlalu jauh hanya saja sekarang aku merasa was-was karena sudah lama rasanya aku tak berjalan sendirian apalagi malam-malam begini.

Setelah membayar semuanya, aku keluar dari kaffe, tak sengaja mataku melihat sosok yang selalu aku rindukan diparkiran, dia tengah tersenyum meskipun bukan kearahku, ternyata dia sedang bersama seorang perempuan tapi aku tak dapat melihat siapa perempuan itu, tapi sepertinya itu adalah abill adiknya. Karena postur tubuh abill sepertiku, tingginya hanya sebatas dadanya dewa juga dilihat dari belakang, gaya rambutnya, penampilannya seperti abill, ya dewa bersama abill karena setauku juga abill memang menyukai kaffe klasik modern ini, dan beberapa waktu lalu abill sempat curhat jika dia tengah mengalami patah hati ditinggal pergi oleh kekasihnya, aku hanya tersenyum menanggapi ucapan abil yang waktu itu memaki sang mantan dengan sebutan mirip tokek. Lucu sekali adiknya dewa ini. Mereka menaiki motor dan berlalu begitu saja tanpa meoleh kearahku, aku juga membuang muka supaya tak ketahuan melihat dewa. Bisa gagal surprisenya.

aku, lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang