17

11 0 0
                                    

aku melihat dewa menggunakan tuxedo hitam, wajahnya masih tampan dalam versiku meskipun mata pandanya sangat jelas terlihat.  Wajahnya tersenyum penuh tapi matanya terkadang melihat dengan kosong. Aku tak mengerti, air mataku sudah tak mampu lagi keluar,  aku berjalan kearah pelaminan. Aku harus menunjukan pada dewa bahwa aku baik-baik saja.

Aku berjalan dengan angkuh, mataku menatap dewa tajam tak ada senyuman, aku menggunakan dress hitam selutut, highless hitam, tas hitam,juga jangan lupakan kaca mata hitam menutupi mataku yang bengkak. Bahkan aku juga memberikan buket Bungan yang berwarna hitam dnegan ucapan
“ fuck “ hanya itu kata yang aku tuliskan. 
Aku tak mengerti bunga apa itu yang terpenting adalah warnanya hitam. Aku sendiri orang menggunakan baju warna hitam diacara pernikahan dewa. Yang lainnya menggunakan warna biru langit juga putih sangat kontras dan berbanding terbalik, tapi bagaimana lagi hanya aku yang sedang berduka. Aku tak peduli.

Aku menyalimi mempelai pria, tak lupa aku membawa segelas air putih, bukan untuk menyiramnya tentu saja. Aku menyalimi mereka, tanganku hanya menempel pada ujung jarinya dewa, juga dita. Mereka tersenyum bahkan dewa tampak sumuringah melihatku. Berbeda dengan dita aku melihat metanya berkaca-kaca, entahlah mengapa. Aku menyalimi dita. Dita menahan pergelangan tanganku.

“ maaf ra, aku gak tau. Maaf!maaf! andai aku tau dari lama! maaf!” ucap dita, terdengar suaranya lirih seperti menahan tangisan. Aku menurunkan seidkit kaca mata hitamku. Aku mengerutkan kening seperti orang yang tak mengerti. Dewa terdiam, tangannya berkeringat, wajahnya juga bercucuran keringat. Aku mengibaskan rambuku lalu berlalu pergi turun dari panggung pelamin.

Seturunya aku langsung membasuh kedua tanganku menggunkan air tersebut. aku bahkan menjatuhkan bekas gelasnya disana. Aku melirik seidikit kearah panggun, disana dita menangis. Hingga beberapa crew wo menghapiri mereka. Aku berjalan dengan angkuh kembali keluar dari gedung laknat ini.

Didalam mobil lora aku menangis sejadi-jadinya, aku tak sekuat yang tadi kau lakukan. Aku hanya berpura-pura. Sungguh aku tak rela melihat dewa menikah dengan orang lain.

aku, lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang