16

11 0 0
                                    

Aku sudah pulang dari rumah sakit, ini adalah hari-H pernikahannya, undangannya masih tersimpan meskipun bentuknya sudah tak karuan.

Aku harus datang, aku gak boleh terlihat lemah! Aku harus membuktikan bahwa aku baik-baik saja meskipun ditinggalkan dengan cara yang amat kejam. Undangan sebagai ganti pemutusan hubungan.
Air mataku kemabali mengalir setelah aku selesai memakai make up, kalau terus seperti ini kapan aku akan hadir kepernikahannya.

“ udahlah ra kalau kamu gak sanggup jangan maksain..” ujar lora sahabatku semasa kuliah, dia adalah saksi bisu kebucinan dewa padaku. Selama ini lora yang menjaga dara selama berada di rumah sakit.
Aku hanya mampu menangis sambil menghapus make up kembali untuk merapihkannya.

“ aku.. aku.. aku. harus datang lor, aku harus ngebuat dia bahagia liat aku baik-baik aja”

“ tapi gak harus berpura-pura begini ra, aku gak mau kamu mempermalukan diri kamu sendiri ra!, aku gak mau kamu semakin sakit liat mereka menikah ra!”

“ tap-…tapi lor aku harus buktiin aku gak sakit hati ditinggalin nikah dan dijadiin selingkuhan dewa selama lima tahun lor..”

Lora hanya terdiam, aku kembali memoleskan make diwajahku, pokoknya hari ini kau harus lebih cantik daripada mempelai pengantinnya.

“ ra, kamu yakin?” Tanya lora padaku setelah aku selesai kembali berdanda
“ tentu”! jawabku tanpa ragu meskipun sbenarnya hatiku bergemuruh ingin berteriak, memaki, menagis, menyiksa, memutilasi laki-laki bajingan itu.

“ aku Tanya sekali lagi ra, kamu yakin?!” Tanya lora kembali memastikan

“ YA!”

aku, lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang