11

6 0 0
                                    

Selesai meeting, aku dan beberapa anngota divisi lainnya masih duduk sambil sesekali bercanda di restoran sunda ini. Aku sudah mulai akrab dengan beberapa orang dikantor terutama di devisiku.
“ papih!!...” suara perempuan tersebut menyapa pak ilham yang kini berada tepat dihadapanku.
“ papih kok disini sih tumbenan, katanya lagi sambil duduk disebelah pak ilham yaitu kepala di divisiku.
“ habis meeting, soalnya lagi rind umami makanya papi ke restoran sunda..”

“oh iya, kenalin ini dita anak saya” ucap pak ilham memperkenalkan dita kepada beberapa anggota divisi yang berada satu meja disana.
“ ditara aquilla…. Salam kenal mbak, mas-“  ujarnya, ia tersenyum begitu lembut. Penampilannya modis tapi simple, wajahnya juga terlihat cantik natural tanpa make up yang tebal. Apalagi melihat senyumnya sangat manis.
“ lah kamu lagi ngapain disini dita?. Tanya pak ilham setelah memperkenalkannya.
“ mau makanlah pi,
… aku kesini juga sama dewa pi, dia lagi ke toilet, katanya pengen pepes, lalapan gitu sih…”

Sebenarnya aku merasa gemetar saat dita berkata bahwa dia kesini bersama dewa, nama itu. Tapi tidak, nama dewa didunia ini tidak hanya satu, pasti itu dewa yang lain, bukan dewa-nya dara.

“terus dewa nya sekarang mana?” Tanya lagi sambil sesekali menyedot jus jeruk dari gelasnya.
“ tuh jalan kesini pih..” daangunya menunjuk seseorang dibelakangku sambil melambai-lambaikan tangannya.
“ hallo pi…” sapa orang tersebut sambil menyalimi pak ilham,
“ terus papih harus jawab hai gitu…..” jawab pak ilham sambil tertawa melihat dewa, sepertinya mereka cukup dekat.
Mataku bertemu dengannya, iya dia dewa-ku. Aku hanya mematung terkejut. Dewa juga sama, tapi dia malah mengacuhkanku, bahkan raut wajah dewa sudah biasa saja, ia tak menyapaku hanya tersenyum simpul yang ia tunjukan.
“ kalian mau makan siangkan? Disini aja, lagian papi juga udah selesai kok…”
“ iya pih, sekalian mau ngomongin beberapa keperluan yang kurang buat nikah juga,” jawab dita penuh semangat.
“ kalian, dua minggu lagi nikah bukannya pada diem dirumah malah makan dengan alasan apa keperluan nikah?” tutur pak ilham sambil mengacak-acak rambut dita. Dita hanya cemberut mendengarnya
“ bilang aja kamu pengen ketemu dewa…” lanjutnya kembali
“ish papih, kan malu…” dita terkekeh
Aku yang mendengarnya hanya shock, bahkan aku tak merespon apapun, aku hanya bisa menundukan wajahku. Apa menikah? aku masih shock.
“iya kan wa?” Tanya dita yang melihat dewa seperti tak mendengarkan perkataannya.
“i..iya pi gitu pih!” jawab dewa terbata

“ oh iya guys, perkenalkan ini dewa Zachary calon mantu saya..” pak ilahm kembali memperkenalkan dewa kepada beberpa orang berada dimeja itu. Aku hanya mematung, tak sanggup mencerna semua yang terjadi. Ternyata iya cincin yang waktu itu digunakan adalah cincin tunangan mereka,  aku tak sanggup air mataku luruh begitu saja, aku langsung pamit. Rasanya begitu menyesakkan. Pikiranku kacau tak karuan, aku berpikir mungkin ini lagi prang ya prang.

aku, lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang