aku, luka

20

Setahun sudah sejak kejadian itu, nyatanya aku masih sendiri, hatiku memiliki tembok pengaman yang kuat, bahkan selama ini taka da satupun yang mampu merobohkan tembok pertahananku, jangankan merobohkan, mendekatinyapun aku menolaknya, bahkan menjauh. Aku tak mau, aku terlalu takut. Aku takut sangat, aku takut dikhianati, aku takut dibohongi, aku takut.. takut kejadian dimasa lalu terulang kembali.

Ternyata efek dikhianti begitu membekas hingga aku kehilangan kepercayaan diriku, aku merasa tak berharga, tak berarti, aku emrasa seperti tak semenarik dimata lawan jenisku. Aku bahkan pernah mencap diriku sebagai perusak hubungan orang lain, yang nyatanya akulah yang menajdi korban ketidaktahuanku.

Perihal memafkan,menjelaskan, memutuskan perpisahan, aku tak pernah mendengar hal apapun lagi selain hari itu.
Aku sudah memaafkan, tapi untuk melupan rasanya tak terhapuskan.
Aku sudah bisa tersenyum kembali, meski dnegan membatasi diri, membatasi hati.

Tentang lelaki egois yang mengasihaniku selama lima tahun, sebenarnya aku tak percaya, bagaimana bisa ada orang yang mengasihaniku selama itu? Oh aku juga berpikir ya sleain mengasihani aku juga dijadikan pelampiasaan dalam penantiannya,

Memang seegois itu masalah perasaan, tapi bukankah kita juga punya pikiran?.

Mungkin dia memang sudah menentukan akan menikah dengannya, jatuh hati padanya juga merupakan takdir, aku…. aku… aku.. mungkin tuhan memberi kesempatan untuk mengenal lelaki terbrengsek selama lima tahun,  untuk menunjukan bahwa dia memang tak layak untukku, bukan dia tapi aku, ya jelas! Aku tak layak untuknya yang tak punya hati sedang aku terlalu baik untuk dia yang bajingan.

Benar setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, aku tidak pernah mendoakan hal-hal yang tak baik untuk mereka, aku hanya mendoakan semoga yang terbaik selalu membersamai mereka.