Dua Belas

5 1 0
                                    

"Liat tuh Gi, dia dekel. Anak baru juga. Gue jamin pasti tu cewe bakalan nangis si." ujar Sena menunjuk ke geng eS-E.

Seorang siswi cantik memberi sebuket bunga mawar merah. Sudah pasti gadis ini sudah diperingatkan temannya. Terlihat raut gembira bercampur khawatir terlalu kentara di mata Giana.

"Nama aku Mawar Ka, anak baru dari kelas 10. Aku suka sama Kak Bayu waktu pertama liat Kak Bayu." jelas pengakuannya terdengar bahkan sampai bangku Arya duduk.

Kantin terlalu sunyi sampai decitan kursi yang Bayu geserpun terdengar begitu jelas.

"Lo nggak pernah denger rumor kalo gue suka bully anak yang deketin gue?" tanya Bayu lirih, wajahnya sangat jengah memandang bunga di genggaman siswi tersebut.

Bayu lalu mengambil alih buket bunganya membuat Mawar tersenyum sampai berani menatap lekat mata Bayu.

"Aku denger, tapi aku nggak peduli sama semua itu." jawabnya dengan percaya diri.

Bayu tersenyum sinis sebelum akhirnya mengambil setangkai mawar.

"Bunganya asli bro! Mahal itu pasti!" bisik Sandi kepada Kevin yang duduk di sampingnya.

"Bunga mawar lo, bikin tangan gue berdarah! Lo tau kenapa?" tanya Bayu sembari menunjukkan jarinya yang berdarah.

"Kak, maaf. Kata florist-nya kalo buket nggak ada durinya. Maaf Kak." ujar Mawar sembari meniup luka Bayu.

"Lo tau kenapa masih ada duri?" tanya Bayu.

"Tokonya pasti ceroboh Kak, maaf." jawab Mawar masih terus meniup luka Bayu.

"Itu karena pemiliknya nggak peduli sama pelanggannya. Dan lo tau kenapa gue ngambil satu tangkai ini?" tanya Bayu lagi.

Mawar hanya bisa menggeleng. Dia menunduk sekarang. Tidak lagi percaya diri karena satu kesalahan.

"Karena gue nggak peduli sama duri ini, makanya gue ambil tangkai ini! dan nggak pedulinya lo tentang gosip itu, JUGA BAKALAN BAWA LO BUAT NAMBAH LUKA!" teriakan Bayu dibarengi tangannya yang melayang membawa sebuah garpu.

"BAYU!" teriakan Giana berhasil menghentikan gerakan Bayu yang hendak melayangkan garpu ke wajah Mawar.

Teriakan Giana tidak hanya merebut atensi Bayu, tetapi juga satu penghuni kantin. Menyesal? Tentu saja.

Giana hanya reflek, dia tak tega melihatnya. Kalau bisa dicegah kenapa nggak? Tapi dia menyesal sekarang. Dia tidak berniat menunjukan keakrabannya bersama Bayu di sekolah.

Ya, Bayu. Anak majikannya itu. Dia sudah akrab layaknya teman.

Melihat siapa yang meneriaki namanya, membuat Bayu menjatuhkan garpunya tanpa sengaja.

Anjir itu bukannya anak baru yah?

Berani banget tuh cewe

Mau jadi pahlawan dia

PD banget si

Sial, lagi asik juga

Giana berjalan keluar kantin, terlalu malu untuk kembali duduk setelah meneriaki seorang most wanted yang katanya doyan mem-bully itu. Pasti terasa canggung nantinya.

Mau mendekati Bayu pun akhirnya justru terlihat sok akrab. Memang dia siapa? Mau memarahi majikannya? Begitu? Itu tidak mungkin.

Giana memilih keluar kantin. Setidaknya Bayu tidak jadi melukai wajah manis bocah itu.

"Gi, mau kemana lo?" cicit Sena yang masih merasa malu karena tingkah Giana.

•••••

Perjalanan BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang