Satu

33 2 0
                                    

Anggiana Edelweis

Dua kata yang menggambarkan kehidupannya.

Gadis yang kerap dipanggil Giana, hidup saling bergantungan dengan sang Ayah tercinta -Ariputra. Kasih sayang saling keduanya bagikan.

Gadis yang tanpa sungkan rela menolong. Tanpa takut kekurangan rela berbagi. Tanpa takut akibat rela membela. Dan tanpa takut apapun untuk kebaikan.

Tak selamanya kebaikan itu mengukir senyuman. Ada kalanya, harus melalui jalan menyakitkan demi mendarat pada titik terbaik.

Salah satunya adalah menunda sekolah demi menggantikan ayahnya bekerja. Namun semangat belajar Giana tak pernah pudar setengah tahun ini. Setiap malam ia berusaha menyerap apa yang seharusnya ia pelajari.

Giana beruntung dikaruniai bakat menggambar dan melukis. Tak jarang ia membuat sketsa wajah serta berbagai tempat yang ia kunjungi. Walaupun bermodal kertas dan pencil, namun karyanya patut diacungi jempol.

Kadang kala pun ia menjual hasil sketsanya, saat benar-benar membutuhkan uang. Bagi Giana, hasil karya miliknya terasa menyakitkan saat ditukar dengan rupiah. Karena itu, dia hanya menjual saat keadaan benar-benar tak memungkinkan.

Sebenarnya, Ari sudah berusaha mengumpulkan uang. Sang Ayah ingin anaknya kembali masuk SMA dimana ia bersekolah dahulu.

Ari berharap anaknya bisa bersekolah di SMA Aimoo, karena disana adalah sekolah Internasional yang membuka banyak jalur beasiswa. Selain itu juga, sekolah tersebut adalah milik kenalan Ari semasa SMA.

Jaminan setelah lulus pun tidak diragukan. Kuliah dapat dilanjutkan melalui jalur beasiswa. Bahkan ada beasiswa ke berbagai negara.

Kalaupun tak bisa dapat beasiswa di luar negeri, universitas dalam negeri mana yang tak menerina lulusan SMA Aimoo. Siswa-siswinya sudah terjamin kecerdasannya.

•••••

Vote
Coment



Terima kasih

Perjalanan BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang