"Gi, bangun. Makan dulu yuk!" ajak Sena.
Giana bangun dari tidurnya. Ia mengerjap sebelum meminta Sena keluar lebih dulu.
"Jangan kelamaan ya, lo belum makan dari siang!" pinta Sena sebelum beranjak. Giana hanya mengangguk tersenyum.
Giana sekarang tinggal di rumah Sena. Rumah tempatnya tinggal harus dikosongkan, karena bu Laili selaku pemiliknya akan kedatangan ponakan. Keponakanya itu akan menetap bersama kedua temannya untuk melanjutkan study perguruan tinggi di Jakarta.
Giana tak bisa menolak permintaan Laili. Selain sudah bermurah hati, Laili juga senantiasa sabar dengan keterlambatan Giana saat membayar sewa.
Laili pun memberikanya waktu satu minggu untuk Giana mencari tempat tinggal baru. Namun Sena melarang Giana pindah. Temanya ini memaksa Giana tinggal di rumahnya.
Giana berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada Sena yang duduk memainkan ponsel, dan Tati yang menyiapkan makan malam.
"Eh Gia, duduk dulu Gi. Bentar lagi makanannya siap nih." ujar Tati mempersilahkan Giana.
"Sini Gi, duduk sebelah gue." pinta Sena.
Giana menurut, langsung duduk disebelah Sena. Dia tak banyak berbicara bahkan tersenyumpun sekenanya.
"Ini makan Gi, habis ini kamu lanjut istirahat dulu. Besok kamu libur kerja dulu yah, istirahat yang cukup. Biar besok kamu ditemenin Sena. Mami harus ke pabrik soalnya." ujar Tati sembari menyajikan makanan kedalam piring Giana.
"Nggak usah Mi. Giana harus kerja." tolak Giana.
"Udah lah Gi, libur sehari doang gabakalan bikin miskin kok!" sembur Sena.
"Hus!" latah Tati sembari memukul lengan Sena.
"Kamu masih butuh istirahat. Kalo kamu paksain terus sakit, nanti malah bikin libur makin lama." nasihat Tati dengan halus."Yaudah, tapi biarin Sena sekolah aja. Gia bisa istirahat sendiri, mungkin lebih tenang." ujar Giana sedikit terkekeh, disusul Tati.
"Kok lo gitu si Gi, jarang-jarang loh gue bisa bolos." rajuk Sena.
"Udah lu sekolah yang bener. Lagian bentar lagi kan penilaian tengah semester!" balas Tati berceramah.
"Iye-iye, ape kata Mami dah!" pasrah Sena.
•••••
Giana berdiri menghadap jendela, dia menghirup udara malam. Pikiranya merenung dalam lamun. Entah masalah apa yang melintas, namun semua bagai kaset rusak.
Tiba-tiba Giana merasa haus. Dengan segera dia beranjak keluar kamar. Baru sampai pintu kamar Tati, langkahnya tertahan karena sebuah suara yang menarik atensinya.
"Iya, sekali lagi maaf sudah merepotkan Bu Fara."
"...."
"Mungkin setelah keluargaku kembali lagi ke Kalimantan, Gia akan aku bawa tinggal lagi di rumah."
"...."
"Kalau begitu terimakasih sudah bersedia merawat Gia. Gia sudah seperti anakku sendiri, jadi aku merasa khawatir."
"...."
"Kalau begitu sudah dulu ya Bu Fara. Maaf sudah mengganggu waktunya."
"...."
"Selamat malam juga Bu."
Tok tok tok
Cklek"Mi!" panggil Giana.
"Gi-Gia, kamu belum tidur?" tanya Tati sedikit merasa gugup.
"Mi, Gia masih ada tabungan. Gia bisa kok, hidup mandiri. Mami nggak perlu khawatir, apalagi sampe ngerepotin orang lain." ujar Giana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Berharga
Teen FictionSlow Update Ending adalah titik acuan sebagai penantian bagi seorang Anggiana Edelweis. Perjalanan harus dia lalui untuk mencapai sebuah penantian. Membuahkan pengalaman untuk menjadikanya sebagai perjalanan berharga. ••••••• Ini adalah kisah, kis...