Giana sampai di garasi. SMA Aimoo tidak terlalu jauh dari kediamannya sekarang. Bahkan hanya butuh 15 menit untuk sampai sekolah dengan sepeda.
Giana masuk, sesekali menyapa beberapa pelayan yang tengah bekerja. Yang dia kenal hanya Mbok Jah sebagai kepala pelayan, dan Mbak Rina.
Bisa dibilang Rina ini pelayan senior disini, karena dia yang paling lama bekerja setelah Mbok Jah.
"Aaa!" teriak Giana kaget.
Dia baru saja menutup pintu kamar, tiba-tiba terpapar wajah Arya yang nampak masam. Sungguh tidak nyaman untuk dipandang.
"Non Gia kenapa, Non?" tanya Mbok Jah dari luar.
"Nggak pa-pa Mbok, cuma kaget aja sama boneka monyet Gia." jawab Giana sembari melayangkan tatapan curiga.
"Ada-ada aja Non, Mbok Jah tinggal ya. Kalau ada apa-apa panggil Mbok Jah saja!"
"Iya Mbok, makasih."
"Ekhem ..., lo-lo sebenernya mau ngapain disini? Ini kan kamar cewe, nggak punya adab banget ya lo!" tanya Giana jutek, meskipun awalnya sedikit merasa gugup.
Setelah lama saling melempar pandangan, akhirnya Giana berinisiatif untuk bertanya.
Walaupun saling memandang karena permusuhan, kalau dalam waktu lama dan tempat yang tidak seharusnya, tetap saja akan mendatangkan kecanggungan.
"Ngapain lo tadi di sekolah? Mau caper lo? Mau jadi anak famous? Cari perhatian hah?" hardik Arya.
"Apaan si lo! Nggak jelas banget. Gue cuma reflek aja tadi. Lagian lo siapa gue si nanya-nanya hal nggak penting kaya gitu!"
"Gue? Gue yang punya nih rumah!" balas Arya dengan tawa ejekannya.
Giana diam tak membalas, jawabannya memang benar jadi Giana mau menyangkal bagaimana.
"Keluar lo!" usir Giana.
Tangannya pun turut bekerja sama untuk mengeluarkan Arya dari kamarnya. Dia malas untuk kembali berdebat dengan Arya hanya untuk masalah sesepele itu.
"Inget lo! Jangan deket-deket sama Bayu cs!" perintah Arya mutlak.
"Lo siapa ngatur-ngatur gue?" tanya Giana sebelum menutup pintunya dengan keras.
Brak!
"Sialan, GUE YANG PUNYA NIH RUMAH!" jawab Arya sebelum melenggang kembali ke kamarnya.
"Gila!" umpat Giana lirih.
•••••
Makan malam adalah rutinitas yang wajib dihadiri anggota keluarga, tentu saja dikecualikan bagi mereka yang berhalangan. Begitulah aturan keluarga Adinata.
Lalu kemana perginya Arya yang menghilang tanpa izin? Laki-laki itu bahkan sudah berani menyalahi aturan keluarganya.
Tentu saja kini di meja makan hanya menyisakan dua wanita cantik. Siapa lagi kalau bukan Fara dan Giana.
"Udah selesai Gi?" tanya Fara mulai basa-basi, sembari dirinya mengelap sisa makanan di bibir.
"Udah Mah. Gia langsung ke kamar ya Mah?" pamit Giana.
"Tunggu sebenta Gi? Mbok, bingkisannya?"
Fara memberikan sebuah bingkisan yang baru saja Mbok Jah berikan. Hal yang seharusnya membuat Giana bahagia justru kini membuat dia khawatir.
"Apaan lagi ini?" gerutunya dalam hati
"Ini apa Mah?" tanya Giana ditemani senyum paksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Berharga
Novela JuvenilSlow Update Ending adalah titik acuan sebagai penantian bagi seorang Anggiana Edelweis. Perjalanan harus dia lalui untuk mencapai sebuah penantian. Membuahkan pengalaman untuk menjadikanya sebagai perjalanan berharga. ••••••• Ini adalah kisah, kis...