Enam Belas

6 1 0
                                    

"Dari mana lo jam segini baru pulang, keluyuran mulu!" sindir Arya, melihat Giana baru pulang sekolah. Seragamnya pun masih lengkap.

"Eh Gia, udah pulang? Sinih gabung ada Cacha, nih. Katanya kamu udah kenal sama Cacha." ajak Fara yang baru datang membawa nampan berisi minuman.

"Kamu udah makan belum? Jam segini baru pulang, pasti keasikan bareng temen-temen kan?" lanjut Fara bertanya.

"Temen apaan, main sama cowo!" sindir Arya lagi.

"Kamu udah punya pacar?" tanya Fara terkejut. Rupanya dia sedikit merasa kecewa.

"Bukan Mah, cuma temen aja. Gia masuk dulu ya Mah mau bersih-bersih."

"Yaudah sanah bersih-bersih. Nanti kesini yah." pintanya dengan sumringah. Ia bersyukur dalam hati.

"Eh, Gia udah pulang?" sapa Salsa yang baru keluar membawa cemilan malam.

"Iya Cha, gue masuk dulu." pamit Giana dengan senyum paksanya.

"Tante ini martabak sama kuenya." ujar Salsa.

Giana masuk ke kamarnya. Ia mulai membersihkan diri, tentu saja dia mandi. Tidak butuh waktu lama dia keluar dengan handuk kimononya.

"Aaaa!" jerit Giana sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

"Apaan si lo?! Brisik tau nggak!"

"Elo yang apaan!" balas Giana dengan sewot.

"Ini kamar cewe, lo nggak punya adab banget si! Gue cewe Ar? Cewe!" kesal Giana dengan menekankan kata cewe dalam kalimatnya.

"Oh lo cewe?" tanya Arya sembari menatap lekat Giana dari atas sampai bawah.

"Keluar lo! Nggak punya etika banget si, masuk kamar orang seenaknya!" Arya tidak menanggapi perintah Giana.

"Mata lo dijaga!" pinta Giana semakin merapatkan kedua tangannya.

"Kaya ada yang bisa diliat aja!" ujar Arya dengan senyum miringnya.

"Yang sopan ya lo! Gue ngehormatin lo karena Tante Fara. Tapi lo udah kelewatan, lo nggak ngerasa udah ngelecehin gue?! Lo ngelecehin gue secara verbal dan non verbal sekaligus! Tante Fara udah ngedidik lo susah-susah tapi lo malah ...."

Giana tidak melanjutkan protesannya. Dia melihat Fara berdiri dengan raut yang nampak marah. Sepertinya emosi sudah menguasai raganya.

"Mamah!" gumamnya berhasil membuat Arya mendelik.

Laki-laki yang satu ini hanya berniat bercanda. Dia ingin menjahili Giana saja, iya, hanya itu. Tidak ada niatan buruk apalagi sampai melecehkan seperti itu.

"Keluar kamu ARYA! Masuk ke kamarmu!" perintah Fara dengan tegas. Tidak ada raut bercanda apalagi marah bohongan.

•••••

Giana duduk berdua bersama Salsa di teras. Keduanya masih diam, oh tidak, mungkin hanya Giana yang diam. Gadis manis dihadapan Giana justru terus menyalahkan Giana akan apa yang tengah Arya alami saat ini.

"Lo bisa diem ngga?! Brisik!" omel Giana.

Giana tidak bermaksud membuat Arya berada dalam situasi saat ini. Dia hanya ingin melindungi diri dengan memperingatkan Arya. Arya sudah terlalu kelewatan terhadap batasan yang Giana buat sendiri.

Laki-laki itu terus saja keluar masuk kamar Giana semaunya. Giana tau ini rumahnya, tapi dia juga butuh privasi di dalam kamarnya, hanya di kamar saja.

"Kamu yang diem, lagian baperan banget. Kak Arya kan cuma mau manggil buat cepetan! Kalo nggak masuk kamar gimana dia mau manggil kamu! Nggak usah GR, Kak Arya nggak akan tertarik sama modelan kaya kamu begitu!" ceramah Salsa.

Perjalanan BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang