Tringg-tringg
Ponsel Arya kembali berbunyi. Dari kontak yang sama, lagi-lagi mengganggu aktivitas bermainya.
"Apa lagi si Mah, dibilang Arya sibuk juga." sentak Arya.
"Jangan ngeles lagi, Mama tau kamu lagi main PS. Cepet jemput Gia di rumahnya!" pinta Fara memaksa.
"Pak Juno kan udah sembuh, ngapain harus Arya si!"
"Pak Juno itu masih pemulihan, Mama lagi jagain papa. Anak dimintain tolong susah banget si kamu tuh!" geram Fara pada anak semata wayangnya.
"Ya udah pak Randu aja!" usul Arya menunjuk sekertaris Dimas.
"Yaudah pak Randu yang jemput."
"Gitu kek dari tadi!" lega Arya sembari tersenyum penuh kemenangan.
"Kamunya tetep siap-siap berangkat ke kantor gantiin pak Randu dong!" Arya melotot dibuatnya.
"Arya anak Mama bukan sih? Kaya pembantu aja disuruh-suruh."
"Emang cuma pembantu aja yang bisa disuruh-suruh hah? Cepet siap-siap, Mama udah kabarin pak Randu buat jemput Gia nih!"
"Iya-iya, Arya siap-siap jemput tuh cewe. Puas, kan?!" kesal Arya sembari menutup teleponya sepihak.
Kini gantian Fara yang tersenyum penuh kemenangan. Senang sekali kalau menang berdebat melawan anaknya.
Disisi lain, Arya justru berganti pakaian dengan kesal. Bahkan hampir mengacak-acak seisi lemari. Melampiaskan emosinya pada seluruh barang yang ada didekatnya. Tak lupa bibirnya berkomat-kamit menyumpah-serapahi gadis merepotkan yang akan memasuki kehidupanya.
'Nggak-nggak, gue nggak akan biarin dia masuk rumah ini!'
'Gue jamin kalau dia udah masuk, si Fara pasti nggak akan biarin dia keluar!'Anak durhaka emang, ibunya sendiri dia panggil nama langsung!
Adat-budaya keluarga Adinata tentang kunjungan tamu. Mereka yang datang bertamu dengan niatan menginap, diharuskan tinggal paling sedikit tiga hari dari hari kedatanganya.
Arya percaya, bukan hanya tiga hari Fara mengizinkan Giana tinggal. Mungkin saja akan diizinkan selama sisa hidup gadis itu. Mengingat apa yang sudah Ayah Giana lakukan dan hubungan dekat Ari dengan orang tuanya.
•••••
Tok tok tok
"Iya sebentar!" saut Tati sembari berjalan hendak membuka pintu.
"Eh, mas Arya yah? Silahkan masuk dulu!" ujar Tati mempersilahkan.
"Nggak usah Tante, saya masih ada urusan. Jadi mau langsung berangkat aja." tolak Arya.
"Gianya?" tanya Arya menggantung.
"Oh Gia, dia sebentar lagi turun. Sena masih nggak rela Gia pergi, jadi sedikit ada drama." jawab Tati dengan cengiranya.
"Nah itu dia! Gi cepetan ini udah ditungguin."
"Kak Arya!" Sena melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Arya yang dipanggil justrus senyum canggung karena tidak mengenali gadis tersebut.
"Jadi...?" tanya Sena menatap intens Giana. Giana hanya melotot tak ingin membahas pertanyaan yang Sena maksud.
"Hai Kak Arya, gue Sena. Adik kelas Kakak di SMA Aimoo."
"Ooh, gue nggak terlalu kenal dekel si, dari kelas mana?" tanya Arya basa-basi, ada emaknya mungkin jadi sok mau akrab.
"Sebelas Ipa dua, Kak!" Arya mengangguk mendengar jawaban Sena. Sena sendiri malah senyum malu-malu(in).
"Gue duluan ya, masih ada urusan yang lain soalnya. Barangnya ini aja, Gi?" Giana mengangguk.
Arya lantas mengangkat koper besar milik Giana. Setelah menarus di bagasi, Arya langsung masuk ke kursi kemudi. Dia menunggu Giana yang masih berpamitan dengan keduanya.
Baru Giana menutup pintu mobil, Arya langsung menancap gas. Dia bahkan belum memasang seatbelt-nya.
"Kok ke apartemen lo?" tanya Giana khawatir saat menyadari mobil yang ditumpanginya memasuki basement park apartemen.
"Ngarep banget lo kerumah gue!"
"Nggak gitu, tante Fara bilang ke rumah. Jadi gue nanya aja buat mastiin." jelas Giana.
"Lo belum kenal keluarga Adinata. Sekalinya lo masuk rumah, gue jamin nyokap gue nggak bakalan biarin lo keluar. Gue nggak mau lo tinggal di rumah gue." ujar Arya to the point atas ketidak-sukaan dia terhadap kehadiran Giana.
"Kalo gitu kenapa lo nggak ngomong aja sama tante Fara, biar gue nggak tinggal di rumah!" ujar Giana sedikit kesal. Arya berkata seolah Giana sangat memaksa tinggal di rumahnya.
"Kenapa nggak lo aja yang nolak!" balas Arya sembari melepas seatbelt-nya.
"Udah, tapi nggak boleh." jelas Giana sembari melepas seatbelt-nya.
"Gue juga udah bilang, tapi dibantah. Dan gue terpaksa nerima lo. Saking gak maunya, sampe gue rela nampung lo di apart. Jadi kalo gue bisa, kenapa lo nggak? Ada kemauan pasti ada jalan, lo-nya aja yg gamau, sok pasrah" ujar Arya tanpa filter disetiap kalimatnya. Dia bahkan tak sadar ucapannya sudah menusuk relung hati gadis disampingnya.
"Satu lagi!" ujar Arya dengan tegas.
"Bilang lo mau mandiri tinggal di apart gue!" pinta Arya dengan sinisnya.
"Astaga, Arya!" teriak Giana yang kaget saat mendengar bantingan pintu mobil.
"Cepet turun!" pinta Arya setelah membuka pintunya kembali.
Giana bergegas turun, tak lupa tas besarnya ia ambil. Dengan cepat langkahnya mengejar Arya yang agak jauh didepan.
•••••
"Kan bener. Lo cowo penipu yang bilang mau ngasih kembalian!" celetuk Giana sembari mencibir saat dia menunggu Arya membuka pintunya.
"Emang gue ada bilang mau ngasih kembalian?" tanya Arya sembari membuka pintunya.
"Lo bilang kembalianya buat gue!" jawab Giana percaya diri.
"Gue bilang kembalian. Kalo ada ya buat lo, kalo ngga ada ya udah. Lo kira tip!" jelas Arya.
"Woah!"
'Baru nyampe rak sepatu, udah nganga aja tuh bibir!' gumam Arya seraya memutar bola matanya malas.
"Ganti tuh sendal buluk lo!" pinta Arya melempar sandal rumahan tepat di depan Giana.
Arya lantas berjalan lebih dulu. Dengan tergesa, Giana segera menyusul langkah Arya.
"Ini kamar lo. Itu kamar gue, lo nggak boleh masuk bahkan lo nggak boleh ada niatan sedikitpun buat masuk kesana. Selama lo disini, lo harus beresin ini apartemen. Dan yang paling penting jangan pernah lo ganggu urusan gue, bukan-bukan. Jangan lo ganggu kehidupan gue!"
"Anggep aja lo kerja disini. Kumpulin uang sebanyak yang lo butuh. Kalo udah, lo ngadep nyokap gue dan bilang lo siap hidup sendiri." pinta Arya. Tanpa menunggu balasan, dia langsung beranjak memasuki kamarnya.
"Gila!" balas Giana tanpa sadar.
"Astaga Gia, kamu harus sadar. Inget pesen Ayah, harus tau balas budi. Plis Gi, kamu jangan sampe ngerepotin keluarga mereka, jangan ngerepotin! Semangat Gi, semangat. Kamu pasti bisa!"
•••••
Vote
Coment
•
•
•Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Berharga
Teen FictionSlow Update Ending adalah titik acuan sebagai penantian bagi seorang Anggiana Edelweis. Perjalanan harus dia lalui untuk mencapai sebuah penantian. Membuahkan pengalaman untuk menjadikanya sebagai perjalanan berharga. ••••••• Ini adalah kisah, kis...