Tujuh Belas

4 1 0
                                    

Giana menelusuri lorong sekolah dengan heran. Banyak siswa-siswi menatapnya aneh. Dia sedikit gugup dibuatnya.

'Apa gue ada salah ya? Duhh apa ada sesuatu dibelakang gue. Sialan, pada kenapa si ngeliatin terus.' gerutu Giana, terus disepanjang jalannya.

"Heh! Lama banget lo berangkatnya! Lo udah jadi topik utama di sekolah tau ngga?!" ucap Sena dengan heboh, melihat Giana baru saja melewati bangkunya.

"Topik apaan? Gue risih banget berangkat langsung diliatin gitu astaga!" curhat Giana sembari menaruh tasnya.

"Lo digosipin jadi anak angkat di keluarga Adinata. Satu sekolah udah tau lo tinggal seatap sama kak Arya."

Giana tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa membolakan matanya. Ah, kehidupannya setelah ini tidak akan damai di sekolah.

Giana lemas sampai terduduk tepat dibangkunya. Dia hanya ingin menuntut ilmu sebelum akhirnya bisa mencapai impiannya. Mengapa harus ada rintangan semacam ini.

Giana tau jelas bagaimana kuatnya topik Adinata yang selalu menduduki peringkat pertama disekolah ini. Dia tau dari cerita Sena.

Gadis yang menjadi sahabatnya itu selalu menceritakan seberapa populernya laki-laki yang dia sukai dulu. Bukankah sekarang Giana tau? Bahwa orang itu tidak lain adalah Arya.

Perasaan Giana tak bisa tenang, dia terus khawatir, tak tau apa yang akan terjadi nantinya. Sepertinya Arya tak main-main dengan ancamannya.

'Sial!' umpat Giana dalam hati.

•••••

Kriinggg

Guru sudah mulai beberes sebelum akhirnya pamit meninggalkan kelas. Diikuti para siswa yang tentunya sangat antusias untuk menuju kantin.

Giana? Dia sama sekali tidak bersemangat. Dia ingin tinggal di kelas saja.

"Ayo Gi!" ajak Sena berteriak dari bangkunya.

"Lo berdua aja, gue nitip roti sama minum deh." ujar Giana.

"Lo kenapa si? Masih mikirin soal tadi pagi?" tanya Laura sembari mendekati Giana.

"Gue cuma nggak mau ada masalah di sekolah. Udah sanah kalian kekantin. Keburu rame nanti."

"Kok nyuruh! Ayok ikut!" balas Sena langsung menarik tangan Giana.

Giana yang tak siap pun tertarik sampai menabrak Laura di depannya.

"Anjing! Pelan pelan dong Sen, nabrak gue nih. Ahh elahh!" keluh Laura sebelum akhirnya ikut bersama menyeret Giana ke kantin.

"Lepasin gue dong! Sakit Sen, Ra!" Giana terus saja mengadu kesakitan. Itu hanya alasan supaya lengannya tidak lagi ditarik.

"Apaan gue megang ngga kenceng begini kok! Ayo Ra lebih cepet, biar nggak kabur nih anak!" balas Sena semakin melebarkan langkahnya.

"Lagian lo jadi orang cemen banget. Baru digosipin aja udah ngumpet, apalagi kalo beneran tinggal seatep!"

"Gue emang tinggal seatep Ra!" cicit Giana yang masih didengar kedua temannya ini.

"What! Seriusan lo? Lo siapanya Ka Arya?" tanya Laura kaget.

"Suuut! Gausah keras-keras maemunah!" peringat Sena sambil menjitak pelan kepala Laura.

"Jadi lo beneran tunangannya ka Arya?" tanya Laura lagi.

"Bukan lah!" sergah Giana membuat Laura mengangguk-angguk.

"Berarti anak angkat beneran?"

"Nggak bisa dibilang anak angkat juga si!" balas Giana.

"Terus ngapain tinggal bareng?" tanya Laura.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perjalanan BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang