1. Kala itu

578 49 4
                                    

Semesta sedang basah. Air hujan menyeruak mengguyur kota. Dengan deras, suara gemericik hujan disertai sambaran petir terdengar begitu mencekam, menjadikan suasana saat ini terlihat tak karuan. Semua keadaan ini ibarat representasi hati remaja tinggi bernama Younghoon di waktu sekarang.

"Kalau sampai Hyunjae sakit, kau tidak boleh sekolah selama tiga hari!" Wanita tua bernama Yaekyung terlihat berteriak setelah menampar wajah pucat Younghoon yang sedang menggendong Hyunjae di atas punggungnya.

Younghoon tertunduk. Badannya gemetar. Bibirnya nyaris biru. Dadanya sesak. Kepalanya sudah pusing. Anak itu tidak mengerti harus bagaimana menjawab dan menjelaskan semua keadaan ini. Membuat dirinya harus mendapat amarah dari seorang ibu yang sangat menyayangi anak sematawayangnya tersebut.

"Kau beruntung malam ini, karena aku harus buru-buru pergi. Tapi jika terjadi sesuatu, aku tak akan segan menjelek-jelekkanmu di depan suamiku!" Yaekyung berlalu begitu saja, segera keluar rumah dengan membawa beberapa berkas.

Lutut Younghoon melemas setelah menghela nafas. Kalau tidak demi Hyunjae, ia sudah menyerah dari tadi untuk tetap berdiri.

Satu jam anak itu berlari di bawah guyuran hujan yang begitu deras . Di malam hari dengan iringan hembusan angin kencang, Younghoon berusaha secepat mungkin menuju rumah seraya membawa tubuh lemas Hyunjae yang sedang kesakitan karena asam lambungnya naik. Kalau tidak mengingat Hyunjae pernah dirawat selama dua minggu di rumah sakit sebab penyakit tersebut, Younghoon tidak akan senekat ini membawa Hyunjae pulang ke rumah dengan keadaan semesta yang tak mendukung.

Hari ini begitu melelahkan. Younghoon mencoba mengarahkan Hyunjae pelan-pelan dan secara paksa untuk mandi dengan air hangat--setelah ia siapkan--juga mengganti baju. Selama Hyunjae melakukan semua itu, Younghoon membuatkan bubur dan minuman hangat, menyiapkan obat serta vitamin yang harus diminum oleh sahabatnya itu.

Ah ... Tidak ... Hyunjae dan Younghoon berbeda. Younghoon merasa tidak pantas menyebut Hyunjae sebagai sahabatnya.

"Sedikit lagi yah? Kumohon," Younghoon berseru lembut menghadapi Hyunjae yang sudah marah-marah tidak mau makan padahal baru melahap lima suapan.

Younghoon takut sekali jika Hyunjae harus jatuh sakit. Selain karena ia sangat menyayangi sang teman, ia juga takut akan reaksi Yaekyung. Perempuan itu sangat membenci orang sakit.

"Kubilang tidak!" Hyunjae meninggikan suara dengan kening mengerut dan mata terpejam setelah mendapati Younghoon memintanya untuk makan lagi dan lagi.

Hingga akhirnya, emosinya lepas, membuncah, dilampiaskan dengan sergahan tangannya pada piring yang dipegang oleh Younghoon. Menjadikannya pecah berserakan.

Younghoon menghela nafas berat. Kerjaannya bertambah. Padahal anak itu sudah sangat ingin istirahat sedari tadi. Bahkan karena mengurusi Hyunjae, ia sendiri sampai belum sempat menghangatkan dirinya dengan mandi air panas. Untuk sekadar mengeringkan rambutnya sampai benar-benar kering saja tidak bisa. Ia hanya sempat mengganti bajunya yang basah, sebab terlalu takut dengan keadaan Hyunjae saat ini.

"Kalau keadaanmu memburuk esok hari, aku akan memanggil dokter." Seru Younghoon seraya membersihkan pecahan piring tadi setelah Hyunjae selesai meminum obatnya dan mulai tertidur.

Selesai dengan kekacauan yang diciptakan oleh Hyunjae, Younghoon pun mengompres anak itu dengan telaten. Kemudian memijati telapak tangan Hyunjae selama beberapa waktu, mengganti kompresan, memijati telapak tangannya lagi, dan mengganti kompresan lagi dan lagi, hingga tak sadar tertidur dalam keadaan duduk di samping kasur Hyunjae.

***



"Maafkan aku"
- Hyunjae






No Air - Say Something [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang