8. Dia Sakit, Tapi ...

248 34 0
                                    

"Hyunjae ..." 

Mendengar namanya dipanggil sedari tadi, Hyunjae justru merebahkan dirinya di atas kasur selepas bersandar pada headboard seraya melihat-lihat majalah sekolah. Ia menutup wajahnya dengan majalah tersebut, seakan tak ingin mendengar seruan selanjutnya dan bermaksud untuk mengabaikannya.

"Hyunjae ... ini kopinya." kalimat tersebut terdengar pelan dan tak bertenaga, diiringi suara ketukan pintu kamar.

"Aku sudah tidak mood! Pergi saja." Hyunjae berteriak menyahut.

Younghoon terpaku di tempatnya. Matanya entah kenapa mendadak berkaca-kaca. Ia diam beberapa detik sebelum menyahut. "Maaf Jae ... a-aku tadi ..."

"Sudah cepat pergi! Berisik sekali!"

Younghoon bergeming. Ia menunduk menutup kedua matanya sejenak.

"Sekali lagi maafkan aku Jae. Aku pergi."

Beberapa menit setelah dirasa sudah tidak ada lagi eksistensi temannya yang tinggi itu di balik pintu kamar, Hyunjae pun melempar majalah yang menutupi wajahnya secara asal. Ia benci dengan dirinya sendiri. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Mengapa ia seperti ini sekarang?

Jauh dari lubuk hati terdalam, mendengar suara gemetar Younghoon tadi saja Hyunjae tak tega. Tapi kini dia malah mengusirnya dengan galak. Sebenarnya kenapa dirinya? Kenapa ucapan dan perlakuannya tak sinkron dengan isi hatinya?

 Hyunjae pun bangkit dari kasur. Kemudian pelan-pelan ia membuka pintu kamarnya. Mencoba menatap sekitar, memastikan bahwa Younghoon sudah turun ke lantai satu. Namun, ia terkejut saat mendapati beberapa tetes darah nampak di sekitar jalan menuju tangga. 

Aish!

Hyunjae mengacak-acak rambutnya kasar.

Anak itu benar-benar sedang sakit. Tapi Hyunjae memperlakukannya sungguh tak berkeprimanusiaan. Bahkan ia dengan tega mengusirnya setelah dirinya melihat dengan jelas--dari atas sana--Younghoon yang kesakitan sebab terkena pecahan gelas saat sedang membersihkan gelas yang ia jatuhkan. Anak itu terllihat gemetar sehinga tidak bisa mengerjakan segala sesuatu dengan baik saat ini. Tapi Hyunjae justeru memutuskan segera naik ke kamar sebelum Younghoon keluar dari toilet sebab ia tak tahu harus bagaimana menghadapinya.

Dulu, Hyunjae adalah orang yang selalu bersikeras mengatakan pada Younghoon untuk tak pernah menyembunyikan apapun. Entah kesedihannya atau pun rasa sakitnya, meski Hyunjae tahu Younghoon tak pernah menepati hal tersebut. Tapi kini, Hyunjae terlihat peduli pun tidak.

Dengan sekelebat pemikiran buruk tentang dirinya, ia pun segera melangkah keluar kamar dan melirik ke lantai dasar, tepat di mana Younghoon sedang membereskan rumah yang berantakan disebabkan perbuatan dua adik sepupunya yang baru saja pulang dari rumah kakek dan nenek mereka.

"Younghoon, kau sudah pulang nak?" seorang perempuan berseru lembut menghampiri Younghoon yang sedang mengambil beberapa mainan di lantai rumah. Wanita tua itu terlihat habis berbelanja kebutuhan harian dari luar rumah.

"Eomma ..." Younghoon menyahut dengan senyuman.

"Istirahatlah. Kau sepertinya belum pulih betul." Hana segera mengambil mainan yang dipegang Younghoon, namun anak itu menahannya.

"Tidak eomma. Kali ini eomma saja yang istirahat. Eomma sudah bekerja dua hari menggantikanku. Eomma pasti sangat lelah." Younghoon menarik pelan-pelan mainan tersebut dari tangan ibunya.

Hana menggeleng-gelengkan kepala. "Eomma tidak apa-apa. Sungguh."

Younghoon tersenyum, kemudian tertawa kecil. Sebenarnya anak itu sedang menahan tangis, entah karena apa dirinya tak mengerti. Tapi ada satu hal yang ia duga kuat, semua ini berasal dari rasa sakit yang tertahan.

  "Eomma, kumohon. Sesuai pada kesepakatan biasanya. Eomma sudah bekerja dari pagi. Kini giliran aku yang membereskan semua ini. Maaf, dua hari ini Eomma harus menanggung semua sendirian." 

Mengetahui karakter anaknya yang sungguh mudah merasa tak enak hati dan hanya akan membuang waktu sia-sia jika berdebat dengannya, Hana pun mengangguk.

"Baiklah. Eomma masuk kamar dulu. Tapi pastikan jika kau benar-benar tak kuat, kabari eomma. Jangan memaksakan diri."

Younghoon mengulum bibirnya dan mengangguk pelan seraya memejam mata. 

"Terimakasih banyak. Maaf aku selalu merepotkanmu."

Hana mendesah pelan menatap anaknya yang sedang tersenyum lembut padanya dan menggeleng-gelengkan kepala seakan tak mengerti lagi harus membalas apa. 

"Selepas ini segera istirahat. Sepertinya kau sedang tidak waras."

Younghoon tertawa kecil mendengar umpatan ibunya. Hana pun pergi meninggalkan dirinya di ruang tengah seraya membawa belanjaan rumah tadi ke ruang belakang. Namun beberapa detik setelahnya, Younghoon nyaris terjatuh. Tangan kanannya berpegang pada sofa, dan tangan kirinya menyentuh dada kanan. Ia sedikit mendesah seraya memejam mata dan kemudian mendudukkan diri di atas sofa secara perlahan. Anak itu menengadah seraya masih memejamkan kedua matanya dengan sangat kuat. Nafasnya tersengal-sengal. 

Hyunjae pun melangkah mundur agar tak terlihat oleh anak itu. Ia ikut mendesah.

Kesal. Ia sangat kesal sekarang ini.




***  

No Air - Say Something [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang