4. Rasa Sakit

257 36 0
                                    


"Tarik nafas ... keluarkan,"

Hyunjae menatap seorang perempuan yang sedang duduk di samping Younghoon berada. Namanya Hana Kim. Perempuan yang agak sedikit membelakangi Hyunjae tersebut terlihat begitu khawatir. Satu tangannya membalas genggaman kuat Younghoon, satu tangannya lagi memegang inhaler yang disodorkan pada anak tinggi tersebut.

"Nak ... kau pasti bisa. Sabar, sedikit lagi yah ..."

Hyunjae bisa memastikan dengan jelas Younghoon yang terlihat sangat kesakitan di sana setiap kali ia berusaha meraup oksigen sebisa mungkin. anak itu memejamkan mata dengan sangat dalam, meringis dengan tangisan yang begitu lirih, mengerang kesakitan, menggenggam tangan ibunya dengan sangat kuat, dan sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda ia sangat tidak dapat menahan sakit tersebut. Peluh bercucuran dari kedua pelipisnya

Menelan saliva pelan, Hyunjae berpikir keras. "Apakah dia memiliki asma?"

Seingatnya, pertama kali ia melihat Younghoon mengenakan inhaler adalah saat awal mereka berjumpa. Ketika itu Younghoon kecil betul-betul membutuhkan alat bantu nafas sehabis peristiwa kebakaran yang menimpanya. Namun Hyunjae lupa akan fakta tersebut, dan baru kali ini ia mendapati Younghoon memakai inhaler lagi.

Tangis Younghon pecah. Hyunjae sempat terkejut mendengarnya. Baru kali ini ia mendapati anak itu menangis. Dan tangisnya pun begitu lirih, bak menyuarakan rasa sakit yang amat sangat.

Hana terlihat semakin panik meski dengan hebatnya ia tetap berusaha membungkus perasaan itu dengan tindakan tenangnya. Perempuan cantik itu semakin mendekatkan dirinya ke badan sang anak, dan membisikkan kata-kata lembut padanya.

Younghoon terus meremat kuat telapak tangan sang ibu. Keningnya mengerut kuat. Ia benar-benar terlihat tidak bisa bernafas sama sekali, terus berusaha meraup oksigen sebisa mungkin. 

"Ahh ... sssh ..."

Hyunjae tak sampai hati melihatnya. Ingin membantu, tapi ia tak mengerti harus berbuat apa. Sampai akhirnya ia malah memutuskan untuk kembali ke kamar dengan rasa bersalah.


***


Pagi hari di kediaman Lee Jisung. Suara denting sendok dan garpu saling bersahut-sahutan. Hidangan mewah nan lezat menjadi menu sarapan pagi ini yang sedap dipandang mata maupun dicicip indera perasa.

Namun semua itu tidak berlaku bagi Kim Younghoon. Anak itu terlihat mengambil sangat sedikit menu makanan yang tersedia. Mengaduk-aduknya untuk mengelabui para penghuni rumah yang sedang asyik melahap sarapan masing-masing bahwa ia menyantapnya. Namun, hal tersebut tidak berjalan baik bagi Hyunjae. Ia dapat melihat dengan jelas temannya itu sejak tadi hanya melahap setitik ujung sendok tiap kali ia berusaha menunjukkan seakan-akan melahap sarapan paginya itu.

"Kalau sudah dikasih makan enak seharusnya dihargai." Suara Yaekyung terdengar memecah kesunyian di ruang makan itu, membuat Jisung, Hyunjae dan Younghon melempar pandang kepada wanita cantik tersebut. "Sudah gratis, tapi tidak bersyukur." lanjutnya seraya melahap sup dengan anggun.

Younghoon menatap makanan yang ada di hadapannya dengan lesu. Apakah perbuatannya terlihat cukup jelas di mata mereka? Younghoon bingung dan menyesali hal tersebut saat ini.

"Ada apa sayangku?" Jisung bertanya lembut kepada istrinya.

Yaekyung mengendikan kedua bahu. "Lihatlah anak muda tak tahu diri itu. Melihatnya saja sudah membuatku jadi tidak berselera."

Jisung menghela nafas pelan. Ia tahu dengan pasti siapa pemuda yang dimaksud oleh istrinya tersebut. Biar bagaimanapun juga istrinya itu masih belum bisa menerima kehadiran Younghoon meski sudah bertahun-tahun tinggal bersama.

"Younghoon ..." Jisung menatap anak itu lembut. "Ada apa? Kenapa kau terlihat tidak nafsu makan? Apakah kau sedang sakit?" lanjutnya.

Younghoon menegakkan badannya dan terlihat canggung. "A ... a .. aniya ... aku makan dengan baik. Hanya cukup kenyang pagi ini. Maafkan aku." sahutnya seraya menatap Jisung serta Yaekyung bergantian. Ia menggigit bibir bawahnya, harap-harap cemas jangan sampai Yaekyung menganggapnya sedang sakit.

Yaekyung mencebik dan tersenyum sinis mendengar penuturan anak Kim Hana tersebut.

"Hyunjae, makan sarapanmu dengan baik. Kau perlu banyak energi untuk menghadapi hari-hari awalmu di jenjang sekolah baru. Jangan sampai sakit. Anak laki-laki harus kuat." Yaekyung memberikan lauk pauk ke atas piring Hyunjae seraya tersenyum.

Hyunjae mengerjap-ngerjapkan mata seraya mengulum bibir. "I-iya."

Jisung yang menyaksikan pemandangan tersebut agaknya merasa bahwa Yaekyung melakukan ini dengan maksud menyindir Younghoon. Memberi perhatian lebih kepada Hyunjae adalah salah satu cara paling diandalkan oleh perempuan tersebut saat ingin menyakiti perasaan anak itu. 

Tak tega melihat Younghoon yang terlihat diam dan menyendok makan paginya dengan pelan, Jisung pun mencoba membuka topik baru untuk mengalihkan suasana.'

"Hyunjae, Younghoon. Bagaimana sekolah baru kalian? Apa yang kalian rasakan setelah menginjak sekolah menengah atas?" Jisung melirik Hyunjae dan Younghoon bergantian.

"Baik, Appa. Tidak ada yang istimewa." sahut Hyunjae seraya menyeruput sup krimnya.

"Baik Ahjussi. Terimakasih sebelumnya." Younghoon menimpali.

Jisung tersenyum dan menepuk-nepuk bahu anak itu. "Sudah berapakali kubilang tidak usah berterimakasih lagi." serunya.

Younghoon terlihat canggung, ia kembali menggigit bibir bawahnya.

"Kudengar Younghoon menjadi primadona saat masa orientasi sekolah ya?" Jisung terkekeh. Namun, suasana yang kini terasa berbanding terbalik dengan ekspektasinya. Atmosfer ruangan tiba-tiba menjadi dingin.

"Kata siapa?" Hyunjae mencoba menghargai ucapan ayahnya tersebut dengan menyahutnya.

"Kebetulan Appa bertemu dengan Juyeon kemarin sore. Lalu dia sempat bercerita bahwa para gadis benar-benar membicarakan Hyunjae dan Younghoon selama masa orientasi. Tapi yang menarik, bahkan para lelaki pun banyak yang membicarakan Younghoon." Jisung tertawa pelan. "Lucu sekali."

Hyunjae mendecih pelan mendengar ucapan ayahnya barusan.

"Oh ya?" Yaekyung berdehem, dan berseru dengan anggun. "Mereka seperti itu karena tak tahu siapa Younghoon yang sebenarnya." lanjutnya tersenyum manis.

Namun, ucapan tersebut membuat Jisung dan Younghoon tersenyum datar.

Jauh dari lubuk hati terdalam, Younghoon tidak pernah suka saat Jisung memujinya di hadapan Yaekyung apalagi Hyunjae. Ia tahu lelaki tua itu ingin melapangkan hatinya, mengapresiasinya, memberinya sedikit kebahagiaan, dan Younghoon sangat berterimakasih akan hal tersebut. Akan tetapi sangat disayangkan, hal tersebut juga akan menambah goresan luka di hati Younghoon. 

*** 

No Air - Say Something [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang