5. Bodoh

211 32 0
                                    

Hyunjae terusik saat ekor matanya menangkap Sanghoo sedang menggerak-gerakkan tangannya ke arah lengan Younghoon. Ia yang sedari tadi menatap pemandangan luar mobil dari jendela pun mengalihkan pandangannya ke depan; di mana Younghoon duduk persis di depanya, di samping Sanghoo supir pribadi Hyunjae.

"Ada apa?" Hyunjae melepas airpodnya dan bertanya pada Sanghoo. Pria berusia sekitar tiga puluh tahunan itu terlihat sedikit panik.

"Ah, tidak apa-apa tuan. Hanya saja Younghoon tertidur dari tadi, padahal kita baru memulai perjalanan. Saya takut tuan butuh sesuatu atau butuh teman berbicara." Sanghoo menyahut seraya mencuri kesempatan sedikit demi sedikit menatap Hyunjae ke belakang.

Hyunjae mengulum bibir. Ia memperhatikan wajah Younghoon dari spion mobil yang ada di depannya. 

"Tidak apa-apa. Biarkan dia tidur. Sepertinya dia lelah." seru Hyunjae seraya memakai kembali airpodnya. 

Sanghoo terlihat canggung merespon. "A-a, baiklah."

Hyunjae pun memfokuskan diri menatap layar handphone meski pikirannya agak terganggu saat itu. Beberapa detik kemudian ia menatap Younghoon kembali dari spion mobil, lalu memasukkan handphone ke dalam tas. Anak itu memutuskan untuk ikut tidur juga seperti yang dilakukan Younghoon saat ini.


***


"Younghoon ..." Sanghoo membangunkan Younghoon sedari tadi, beberapa detik setelah Hyunjae keluar dari mobil. Namun, anak itu tak kunjung bangun, membuat Hyunjae keheranan.

"Ada apa?" tanya Hyunjae dari balik pintu mobil.

"A ... Young ... Younghoon belum bangun, tuan." Sanghoo merespon seraya terus menerus menggoyangkan tubuh Younghoon.

Hyunjae menghela nafas. Ia pun membuka pintu di mana Younghoon berada dan menekan lengan Younghoon di titik paling mudah membangunkan anak itu. Sebenarnya Younghoon bukan tipe orang yang sulit bangun, akan tetapi Hyunjae tahu bahwa anak itu benar-benar akan langsung bangun jika mendapat tekanan di titik tertentu yang mana hanya ia yang tahu.

"Mmmh?" Younghoon mengerjap-ngerjapkan mata. Ia terlihat linglung. Peluh bercucuran di pelipisnya, padahal saat itu masih pagi.

"Bangun. Kita sudah sampai." seru Hyunjae dingin, seraya mengalihkan pandangan saat mendapati wajah polos Younghoon.

"Ma-maaf ..." Younghoon pun mencoba menegakkan badannya. Diam beberapa detik untuk mengumpulkan nyawa, anak itu kemudian membungkukkan sedikit badannya kepada Sanghoo "Terimakasih. Saya pergi dulu."

Saat sudah turun, Younghoon malah mematung di tempatnya ketika Hyunjae sudah jauh melangkah. Hyunjae yang merasakan ketidakhadiran Younghoon di sisinya pun kembali menghampiri anak itu dan menarik tangannya.

"Cepat bodoh, kita hampir terlambat!"

Setelah sampai ke lorong kelas, ia baru melepas lengan anak itu. 

"Sialan, panas sekali tangannya." Hyunjae mengumpat dalam hati. Ia tidak sanggup dari tadi merasakan suhu tinggi dari tangan Younghoon, akan tetapi Hyunjae berpikir jika Younghoon dibiarkan jalan sendiri akan memakan waktu cukup lama bagi mereka untuk sampai ke dalam gedung sekolah.

Ketika pertamakali memasuki arena sekolah hingga sekarang tiba di lorong kelas, Hyunjae merasa sedikit risih dengan pemandangan yang ia dapati. Seluruh mata memandang dirinya dan Younghoon dari tadi. ada yang sambil berbisik-bisik, ada yang sangat jelas menunjukkan wajah terpesona, ada yang mematung, ada yang diam-diam mengikuti, dan lain sebagainya. Hyunjae benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Benar kata ayahnya, bahwa ia dan Younghoon sudah menjadi pusat perhatian sekolah ini dari sejak hari pertama mereka masuk, yakni dari hari pertama masa orientasi.

Lain halnya dengan Hyunjae yang acuh tak acuh mendapati pandangan orang-orang di sana, Younghoon justru membungkuk atau menganggukan kepala dengan sopan ke setiap orang yang menatap mereka dengan kedua tangan yang saling menggenggam. Hyunjae yang melihat hal ini pun menggaruk kepala, jengah. 

"Bodoh!"



No Air - Say Something [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang