11. Kenapa

208 30 4
                                    



Younghoon menghela nafas panjang. Ia masih menenangkan diri dan berfikir untuk menghampiri Hyunjae yang sedang berteriak kencang di rooftop.

Anak itu pasti sedang kesal sekali. meluapkan segala emosi selama ini. Dan Younghoon sangat takut sekarang. 

Menghalau pening di kepalanya sebab merasa sedang drop lagi hari ini, anak manis itu pun mengumpulkan segenap keberaniannya untuk datang menghampiri Hyunjae.

"Jae ..."

Younghoon keluar menuju rooftop, berjalan perlahan menuju kawannya yang menutup kedua bibirnya saat mengetahui kedatangannya.

"Maafkan a-"

"Diam."

Younghoon ingin sekali berbicara. Tapi baginya dari kecil, ucapan Hyunjae adalah sebuah titah. Terlebih dalam keadaan yang menyesakkan seperti ini, anak itu pasti sedang dipenuhi amarah yang membara di dalam dadanya. Younghoon tak kuasa membayangkan apa yang akan terjadi kedepan, sebab mental dan fisiknya tak siap untuk saat ini. Meski sudah terbiasa dengan teriakan dan cacian, tapi bukan berarti ia berubah menjadi batu yang tak rapuh saat tersentuh hal berat nan memilukan.

Anak itu menghela nafas. Waktu istirahat kedua hanya sebentar, dan Hyunjae tidak mungkin menghabiskan waktunya tanpa makan siang. Anak itu bisa sakit lagi. Younghoon pun memejam kedua matanya dan memberanikan diri berseru kembali.

"Hyunjae ... aku tahu itu berat buatmu. Maafkan aku."

"KAU BISA PAHAM PERKATAANKU ATAU TIDAK KIM YOUNGHOON?!"

Badan Younghoon bergetar kaget. Ia membuka kedua matanya dan perlahan mengangkat kepalanya menatap wajah temannya yang memerah itu.

Saat suasana hening beberapa saat, Hyunjae mengalihkan badannya, menatap langit yang terbentang luas di atasnya. Sepoian angin menyapa lembut wajah dan badannya, membuat dirinya merasa lebih tenang, sebelum akhirnya berbalik, menatap wajah pucat anak yang terlihat gemetaran di depannya itu.

"Jadilah ketua kelas."

"H-hm?"

Younghoon mendongak menatap si pemilik suara.

"Ti-tidak ... aku tak pernah mengharapkannya. Kau ... kau sungguh pantas untuk -"

"Ini perintah."

Apakah memotong perkataan adalah sebuah hobi? Mengapa Younghoon tak pernah diberi kesempatan untuk menyelesaikan ucapannya? Younghoon memberanikan diri untuk tetap melanjutkan perkataanya.

"Jae ... aku tidak mengerti. A-aku tidak mau-"

"Kau harus."

"Kenapa?"

"Karena aku yang menyuruhmu."

Hyunjae mulai melangkah mencoba meninggalkan Younghoon di atas sana. Younghoon pun berbalik mencoba terus mengajak bicara kawannya itu.

"Tapi me-mengapa? A-aku ..."

Hyunjae membalikkan badannya secara tegas. "Bukankah kau pernah berkata akan melakukan apapun untukku?"

Younghoon terdiam. Ia sedang mencoba sekuat mungkin menahan bulir air mata yang sedang memberontak ingin keluar. Kedua tangannya mengepal.

"Maka kau harus melakukannya."

Dengan kalimat yang terdengar seperti ancaman dan juga perintah, anak itu meninggalkan Younghoon seorang diri, menetap kaku di atas sana--gemetar--terkena terpaan angin yang begitu kencang bagi tubuhnya yang sedang lemah saat itu.

No Air - Say Something [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang