14. Kelam

173 30 3
                                    


"ANAK PINTAR YA, KIM YOUNGHOON!"

Badan Younghoon menegang. Itu suara Yaekyung. Mengapa bisa ia ada di rumah saat Younghoon memutuskan untuk sesekali pulang malam seperti ini?

"A-ahjumma ..." Younghoon memutar badannya untuk menatap Yaekyung yang sedang berjalan ke arahnya.

Tiba-tiba sebuah sensasi panas terasa di wajah pucat Younghoon. Perempuan itu menamparnya.

"Sudah dibesarkan dan diberi uang tiap bulan, tapi sekarang ketika besar seperti ini ya kamu?" Yaekyung berteriak di depan wajah Younghoon. Anak itu memejamkan matanya. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit saat ini juga. Ia mencoba sekuat mungkin untuk tidak limbung.

"Jangan-jangan selama tidak ada orang di rumah, kau keluyuran sampai malam seperti ini? Tidak mengurusi Minjae dan Youngjae, tidak mengurus makan malam, tidak membersihkan rumah?! Lihat seberapa kapal pecahnya rumah ini?!"

Younghoon mencoba mencerna ucapan Yaekyung. Dilihatnya sekitar, dengan pandangan buram, ia mencoba memahami keadaan. Ingin sekali menyahut, tapi dirinya sama sekali tak bertenaga, dan entah kenapa lidahnya kelu. Tubuhnya bergetar.

"JAWAB AKU KIM YOUNGHOON! APAKAH KAU TULI?!"

"Ada apa ini?"

Bersamaan teriakan Yaekyung barusan, Jisung datang ke ruang tengah dengan setelan jas rapih, Hyunjae pun keluar dari kamar menatap keributan dari lantai dua, dan Hana keluar dari kamarnya yang jauh di belakang sana. Biasanya suara apapun jarang sekali terdengar hingga kamarnya, tapi kali ini suara Yaekyung benar-benar terdengar jelas, membuat ibu itu panik memikirkan apa yang sedang terjadi. Ia segera menghampiri anaknya yang terlihat tak berkutik.

Younghoon menelan saliva dengan berat. Ia sungguh sangat-sangat tidak suka jika harus dimarahi Yaekyung di depan orang yang ia sayangi. Anak itu malu. Ia merasa kacau jika Jisung harus melihatnya dalam kondisi seperti ini. Ia tidak ingin mengecewakan lelaki baik itu. 

Younghoon juga tak suka jika Hyunjae harus mendapatinya seperti ini. Sudah cukup tadi pagi dirinya harus menahan rasa tertekan sebab dipermalukan di depan anak itu, sahabatnya sendiri, dan kali ini ia harus tertangkap dengan keadaan seperti ini lagi. 

Selain itu Younghoon juga tak pernah mau membuat ibunya sedih, karena baginya, sang ibu sudah mengalami banyak hal sulit disebabkan dirinya, tapi kini, ia harus terlihat kacau lagi dan lagi di hadapan ibunya sendiri.

Younghoon sungguh tak suka. Hatinya ingin berteriak saat ini. Ia sungguh ingin bersembunyi di mana pun. Ia sangat malu, tak sampai hati melihat orang yang ia sayangi harus mendapatinya dalam kondisi buruk seperti sekarang.

"Nyo-nyonya. Maafkan Younghoon. Maafkan anak saya." Hana memegang lengan Younghoon yang bergetar. Perempuan itu terlihat hampir menangis, bersuara dengan parau.

"Lihat anak yang sering kau bangga-banggakan ini! Aku pulang dengan keadaan sangat lelah, tapi harus mendapati rumah seberantakan ini?! Makan malam pun belum disiapkan! Hanya ada beberapa porsi dan itu terlihat dibuat tadi pagi! Apa kau yakin Hyunjae sudah makan? Untuk apa kau susah-susah membesarkan anak tak tahu diri ini?!" Yaekyung berseru kepada suaminya, Jisung. Lelaki paruh baya itu pun memejamkan mata, bingung hendak merespon apa.

"Tenanglah sayang. Kita tanya dulu dari mana Younghoon, kenapa dia pulang semalam ini. Lagipula kita hanya singgah sebentar. Kita bisa cari makan di luar."

"Terus saja begitu! Membela anak tak tau diri ini. Membangga-banggakannya, sampai lupa bahwa anak kita itu hanya Hyunjae."

Jisung membasuh wajahnya kasar. "Aku tidak sedang membelanya. Aku hanya menenangkanmu."

No Air - Say Something [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang