dua

1.1K 195 30
                                    

"Pagi Bitra."

Bitra hanya menoleh dengan ekspresi datar saat Nata menyapa nya dengan manis. Perempuan dengan rambut di cepol yang sedikit berantakan itu sudah berada di rumah Bitra sedari pagi, meminta sarapan dengan alasan dirumahnya hanya ada nasi tanpa lauk.

"Eh lupa udah siang." Lanjutnya memandang jam tangan yang menunjukan sudah pukul 09.15 wib.

"Lo gak ada kelas?" Bitra bertanya setelah menyuapkan roti isi selai kacang ke dalam mulutnya.

"Gak ada." Jawab Nata. Tangannya kini sibuk mengganti saluran tv, hingga akhirnya berhenti pada salah satu stasiun yang sedang menayangkan acara gosip. "Bit, Lesti pake behel katanya."

"Hah?" Bitra merengut tak mengerti.

"Tuh" Nata menunjuk tv 60 inci tersebut. "Gak penting banget kan? Lesti pake behel dimasukin tv. Gue juga mau pasang behel juga deh biar jadi artis."

Bitra mendengus kecil di sela-sela makan roti nya. "Yaudah kawatan aja, cocok kok sama lo yang urakan." Sahutnya sembari memperhatikan rambut Nata yang menurutnya berantakan itu.

Nata hanya membalas dengan dengusan juga, dan Bitra kembali sibuk menyantap sarapannya.

"Bit, gabut." Nata menyandarkan pipi pada sofa, dan menghadap ke arah Bitra. "Lo ada kelas?" Tanyanya tak bertenaga.

Bitra mengangguk. "Nanti jam satu."

Nata bergidik ngeri. "Mending bolos, kita ke timezone aja kayaknya seru." Ajaknya walau ia tahu bahwa sangat mustahil Bitra mengiyakan. Secara temannya itu sangat suka belajar.

"Gak."

Kan benar.

Nata berdecih. "Gak asik lo."

Namun Bitra tak menanggapi di ejek seperti itu, ia kini berdiri membuka kulkas lalu mengambil susu yogurt yang berjejer bersama minuman lainnya.

"Nyokap gue mana?" Bitra bertanya setelah menyadari tidak ada hawa-hawa keberadaan orang tua nya.

"Keluar sama nyokap gue, mau pada zumba di rumah bu RT." Jawab Nata seadanya. Mata nya masih tak teralihkan dari pria bertubuh tinggi dengan kulit pucat bersih yang saat ini tengah meneguk minumannya.

Tak suka diperhatikan seperti itu, Bitra mendelik lalu berkata. "Gak usah liatin gue."

Nata hanya membalas dengan ekspresi seperti "Dih, siapa juga yang liatin lo"

"Udah kan minta sarapan di rumah gue nya?"

Nata menatap kesal setelah Bitra bertanya seperti itu. Maksudnya ia diusir begitu?

"Asal lo tau, roti selai kacang yang lo makan itu bikinan gue."

"Terus?"

"Enak banget kan?"

Bitra berdecih, Nata bukan membuat makanan yang pantas untuk dirinya mendapatkan pujian. Ia hanya mencampurkan selai kacang yang sudah jadi pada roti tawar. Bukan juga membuatnya sendiri. Kenapa begitu dibanggakan?

BITRA, NATA, & JUNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang