delapan

735 150 9
                                    

Langkah Bitra mendadak terhenti, kedatangan seorang pria yang akhir-akhir ini selalu berusaha ia hindari membuatnya jadi malas untuk memasuki kelas. Ia baru ingat hari senin ini ia mengambil mata kuliah Matematika diskrit yang ia ambil bersama dengan pria itu.

“Bit, buruan masuk.” Suara Aldo yang berada di belakangnya menyadarkan Bitra, posisi dia memang berada tepat di ambang pintu kelas sehingga menghalangi jalan masuk.

Bitra membuang napas pasrah, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin juga ia bolos kelas hanya karena tidak mau satu kelas dengan pria itu. Ia pun membiarkan pria itu masuk lebih dulu sambil membuang muka.

Setelah masuk ke dalam, Bitra dikejutkan dengan kelas yang sudah penuh. Ia mencari kursi yang belum terisi, namun hanya ada dua kursi kosong disana dan sialnya lagi bertepatan samping pria itu.

Bitra merutuki kebodohannya yang tidak langsung memasuki kelas, padahal ia sudah berada di kampus lima belas menit yang lalu.

“Duduk sana Bit, kosong.” Suara Aldo lagi-lagi menyadarkan ketika Bitra hanya mematung diam. Teman satu angakatannya itu menunjuk dua kursi di jajaran paling depan yang sudah Bitra lihat sebelumnya.

“Lo aja.” Sahut Bitra, ia berjalan kebelakang, mencari kursi yang aman dan jauh dari sosok itu. Kemudian ia menemukan kursi yang sudah diduduki oleh mahasiswa berbadan gemuk dengan rambut ikal kecoklatan. Seingatnya pria itu bernama Gunawan, Bitra pernah membantu nya di matkul Aljabar.

"Gue duduk disini." Ujar Bitra tiba-tiba.

Gunawan tertegun beberapa saat namun tak lama langsung berdiri dan bergegas menuju kursi yang kosong.

Setelah Bitra duduk pada kursi yang ia dapatkan, ia melirik ke arah kursi sebelumnya yang kosong. Disana, seseorang yang ia hindari itu tengah melihatnya dengan tatapan datar.

Bitra langsung membuang muka nya acuh. Dan Pria yang menjadi sasaran itu hanya tersenyum kecut dan kembali melihat ke depan berbarengan dengan kedatangan dosen.

"Pagi." Sapa dosen yang dikenal dengan nama Pak Kun itu.

"Pagi Pak." Sambut mahasiswa serentak.

"Ada yang pernah ikut KSN matematika waktu SMA?" Tanya Pak kun sembari membuka laptop miliknya. "Gak ada?" Tanyannya lagi ketika tidak mendengar jawaban.

"Saya Pak." Angkat salah satu mahasiswi.

Pak Kun mendongak, memandang mahasiswi yang mengangkat tangannya. "Nama kamu siapa?"

"Risthy."

"Oke." Angguk Pak Kun. "Ada lagi?"

Namun tidak ada jawaban.

Pak Kun menghela napas, memandang satu persatu mahasiswa yang mengambil kelasnya. "Benar tidak ada lagi?"

Dan masih belum ada jawaban.

"Mau saya sebutkan? Soalnya saya sudah cek lebih dulu profile kalian sebelum bertanya. Jadi saya tahu bahwa ada empat orang dikelas ini yang pernah ikut KSN Matematika. Tapi kenapa hanya Risthy yang menjawab?"

Semua mahasiswa masih terdiam.

Pak Kun melihat ke arah laptop-nya, kemudian tak lama menyebut satu nama.

“Juna Ardinata? Mana orangnya?”

Pria yang duduk di jajaran depan mengangkat satu tangannya. “Saya Pak.”

“Kamu pernah ikut KSN kan?" Tanya pak Kun.

“Waktu kelas sepuluh aja Pak, setelah itu gak pernah lagi.”

BITRA, NATA, & JUNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang