dua puluh lima

528 125 11
                                    

Juna melepaskan injakan pada pegal gas, membiarkan kecepatan turun dengan sendirinya begitu merasakan ada ban mobil nya yang bocor. Setelah mengaktifkan lampu sein, ia mengarahkan kendaraannya ke kiri secara perlahan kemudian turun untuk mengecek kondisi ban mobilnya tersebut.

"Pecah segala." Gerutunya meratapi kondisi ban mobilnya. Padahal sepuluh menit lagi ia harus sudah sampai di kampus, karena pagi ini ada jadwal seminar untuk jurusannya. "Bengkel dimana lagi." Ia memandangi sekitar, berharap ada tempat jasa pelayanan perbaikan untuk mobilnya itu.

Tak melihat ada nya bengkel disana, Juna merogoh ponsel untuk mencarinya lewat maps. Dan ketika baru saja mengetik beberapa huruf di pencarian, suara klakson menghentikan aksinya itu. Lantas ia mendongak untuk melihat siapa si pemilik kendaraan.

Kaca pintu turun dari mobil camry hitam, dan Juna bisa melihat seseorang yang ia kenali duduk di kursi samping kemudi. "Ban mobil lo bocor?" Tanyanya seraya melirik ban belakang mobil milik Juna. Gadis itu adalah Nata.

Sebelum menjawab, Juna lebih dulu menoleh ke arah kursi kemudi. Dan dilihatnya seseorang yang juga ia kenali duduk memegang stir.

"Iya." Angguk Juna singkat. Lalu mengalihkan kembali pandangannya pada ponsel.

"Lo lagi telpon tukang bengkel?"

Juna mengangguk lagi, namun tanpa menoleh sekarang.

"Lo gak bisa ganti ban mobil emangnya? Atau gak bawa dongkrak sama ban cadangan?"

Juna menghentikan fokusnya dari ponsel, menggaruk-garuk kepalnya yang tidak gatal. "Bawa sih, cuma..."

"Takut telat ya? Pagi ini ada seminar kan di jurusan lo?" Potong Nata seperti tahu alasan Juna tak mengganti ban mobilnya sendiri. "Kata Bitra sih gitu." Lanjutnya seraya menunjuk seseorang disampingnya.

Juna memperhatikan seseorang yang di tunjuk Nata, yang sedari tadi hanya diam menghadap ke depan. Berpura-pura tak melihat Juna seperti biasa.

"Lo naik aja, bareng sama Bitra. Biar gue yang tungguin mobil lo. Sambil minta bantuan temen gue buat ganti." Ucap Nata turun dari mobil kemudian mengulurkan tangan. "Mana kunci mobil nya."

Juna lantas menggeleng. Tidak mungkin ia mengiyakan tawaran Nata dan membiarkan gadis itu kerepotan. Apalagi pasti akan canggung sekali ketika ia hanya berduaan dengan Bitra di dalam mobil menuju kampus. "Gak usah Ta, lo duluan aja."

"Kelas gue siang kok tenang aja. Setelah mobil lo beres juga, gue gak akan sosoan nyetir dan bikin mobil lo rusak karena nabrak mobil orang. Nanti biar temen gue yang bawa ke kampus."

Juna menggeleng lagi. Ia tidak memperdulikan hal itu sama sekali, Ia hanya harus menolak saja.

"Daripada lo telat." Ucap Nata kemudian menoleh kepada Bitra yang masih diam saja. "Bit, Juna nebeng mobil lo sampe kampus gapapa kan?"

Bitra diam sejenak lalu mengangkat bahu acuh.

"Tuh gapapa dia." Tunjuk Nata ke arah Bitra kembali. "Udah, sana masuk. Gak usah canggung." Ucapnya mempercayakan agar Juna tak perlu merasa tak nyaman jika bersama dengan Bitra. "Sini kunci lo."

"Ta, mending lo duluan aja." Juna masih berusaha menolak.

"Kunci lo ada di dalam mobil ya?" Tanya Nata mengalihkan pembicaraan.

"Ta, lo duluan." Ulangnya.

"Mau gak? Ini udah telat." Bitra yang sedari tadi diam kini ikut menyahut, matanya menatap ke arah Juna dengan tatapan yang sedikit jengkel. "Kalo enggak, gue duluan."

"Sana masuk, keburu ngamuk tuh." Nata mendorong tubuh Juna untuk segera memasuki mobil. Walau Juna memberi ekpresi memelas namun gadis itu tak peduli dan langsung menutup pintu setelah Juna terpaksa duduk di kursi bekas dirinya. "Dah, hati-hati." Gadis itu melambai kemudian berjalan mendekati pintu kemudi mobil accord milik Juna.

BITRA, NATA, & JUNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang