enam

813 176 14
                                    

“Bang gopal, mie goreng sama mie kuah nya satu ya. Yang kuah pedesnya harus pedes banget jangan pedes aja, awas lho jangan sampe keganti sama yang goreng.”

“Iya Neng Nata.” Angguk lelaki dewasa yang sedang sibuk meracik mie dengan resep rahasianya. “Pake telur kan?” Tanyanya memastikan.

“Iya buat yang kuah, kalo yang goreng pake kornet.” Jawab Nata tegas. Bitra yang berdiri di sampingnya sampai menggeleng heran, hanya perkara mie saja tapi gadis itu tak henti nya mengoceh, berisik.

“Bang Gopal jangan lupa.”

“Apa nya Neng?” Sahut lelaki yang dipanggil Bang Gopal itu.

“Bikinnya pake cinta biar enak.” Jawab Nata membuat tangannya membentuk hati.

Bang Gopal hanya menyahut dengan cengiran.

“Ta, kebiasaan ya lo.” Bisik Bitra mulai risih. Apalagi menyadari begitu banyak pandangan mata dari para pelanggan yang sedang menunggu pesanannya jadi. “Malu-maluin.” lanjutnya jengah.

“Lo anaknya garing sih jadi gak bisa di ajak bercanda, Bang Gopal aja senyum tuh.”

“Ayo duduk. Lo gak lihat yang lain nunggu antrian lo lama.” Ucap Bitra tertahan. Membuat gadis itu menenggok dan akhirnya menyadari bahwa sudah ada banyak orang di belakangnya yang menunggu untuk pesan.

“Lupa.” Cengir Nata, ia pun langsung beranjak menuju meja yang masih kosong menyusul Bitra yang sudah meleos lebih dulu.

“Air putih apa teh manis?”

“Air putih aja deh, le mineral ya jangan aqua.”

Bitra mendekat ke arah kulkas minuman kemudian mengambil dua botol air mineral.

“Makin rame aja ya Bit ini warung.” Ucap Nata ketika Bitra menyodorkan satu botol minuman kepadanya. “Apa gue jualan mie juga ya?”

“Gak akan laku.”

“Ya itu biar laku harus curi resepnya Bang Gopal.” Jawab Nata memelankan suaranya.

“Good idea.” Balas Bitra asal. Ia hanya tidak mau terlalu menanggapi serius perkataan Nata yang over random itu.

Nata duduk pada kursi, kemudian membuka kantong keresek di tas nya yang berisi cemilan hasil dari permainan timezone tadi. “Wah gila, tiap malem gue bisa terus-terusan nyemil sih.” Lirihnya kegirangan melihat betapa banyaknya makanan di dalam sana. “Lo gak akan minta kan?” Ia mendongak bertanya kepada Bitra. Karena selama permainan berlangsung, memang Bitra lah yang paling banyak mengumpulkan tiket.

Bitra hanya mengangkat bahu tidak peduli.

“Gue kasih ini aja deh.” Nata menyodorkan satu buah lolipop kepada Bitra. “Biar hidup lo berwarna Bit, gak monokrom.”

Bitra menerima tanpa protes. Melihat warna cerah dan feminimnya permen tersebut membuat dirinya sedikit penasaran dengan rasanya, karena seumur hidup ia belum pernah memakannya.

“Jangan bilang lo belum pernah makan lolipop?” Nata bertanya seperti tahu apa yang dipikirkan Bitra.

“Emang harus?”

BITRA, NATA, & JUNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang