lima puluh satu (ENDING)

1K 119 82
                                    

Sejauh kita berlayar pada akhirnya hati tahu kemana ia akan berlabuh, sejauh kita berlari pada akhirnya hati tahu dimana ia harus pulang, dan sekeras Nata menolak pada akhirnya hatinya tahu bahwa Bitra lah tempat terbaik yang akan memberi begitu banyak cinta kepadanya.

Begitu juga dengan Bitra, dinding yang ia coba bangun sebagai sekat pun tetap hancur seketika saat Nata datang kembali dengan memberinya harapan. Rencana memang rencana dan janji memanglah janji, namun pada akhirnya itu semua tetap akan kalah dengan perasaan yang selalu menang diatasnya.

Sampai akhirnya keduanya menerima kesempatan tersebut dan saling berjanji untuk tidak akan pernah menyia-nyiakannya.

"Ayo." Ucap Nata. Menggandeng tangan pria di sampingnya sampai membuat sang pria terlihat kaget sambil mempertanyakan situasi yang ia hadapi ini. Apakah hanya mimpi? Namun jika memang mimpi ia berharap bahwa ia tidur selamanya.

"Kenapa?" Tanya Nata menyadari bahwa pria yang kemarin resmi menjadi pacarnya ini tak bereaksi sama sekali saat ia ajak untuk berjalan ke dalam taman setelah membeli tiket masuk.

"Gapapa." Geleng Bitra tersenyum malu. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang menggelitik di atas perutnya. Jadi seperti ini ya bahagianya berpacaran?

Nata terkekeh kemudian mengacak-acak rambut Bitra gemas. Ia seperti melihat sisi lain dari Bitra yang jarang pria itu tunjukan. "Lucu banget, pacarnya siapa sih?"

Namun Bitra tak menjawab, ia hanya menikmati detak jantungnya yang semakin berdebar kali ini.

"Yuk masuk."

Keduanya pun berjalan memasuki area taman yang memperlihatkan deretan bunga yang bermekaran dengan indah. Sesuai permintaan Nata, bahwa gadis itu ingin menjalani kencan pertama mereka ke sebuah taman bunga makanya disini lah mereka berdua berada hari ini.

Wajah Nata yang sedang tersenyum memperhatikan pohon dan bunga-bunga terus menarik atensi Bitra. Sampai Nata yang sadar bahwa ia tengah menjadi pusat perhatian pun akhirnya menoleh. "Apa sih liatin terus?"

Bitra langsung pura-pura membuang muka.

"Udah keciduk tuh." Sindir Nata.

Lantas Bitra menoleh lalu tersenyum. "Kok lo makin lama makin cantik sih?" Nata terperangah, namun kemudian sebuah senyuman merekah kembali di wajahnya. "Pake susuk ya?" Lanjut Bitra yang sontak membuat senyuman itu pun sirna dalam seketika.

"Iya susuk katel." Sahut Nata sambil mencubit perut Bitra kesal. "Puas lo?"

Bitra terkekeh, lalu sekarang giliran ia yang mengacak rambut di puncak kepala Nata. "Galak banget, pacarnya siapa sih?" Ucapnya mengulang kalimat terakhir yang Nata lontarkan kepadanya tadi.

"Jangan kasar." Ucap Nata menghentikan gerakan tangan Bitra di kepalanya. "Tapi gini, yang lembut kalau sama pacar tuh." Lanjutnya membenarkan. "Di usap-usap, disayang."

Kini bagian Bitra yang terperangah, lalu samar ada noda merah di wajahnya walau hanya sejenak.

"Atau simpan disini." Kini Nata mengarahkan kedua tangan Bitra ke atas pipi nya. "Nah enak gini, pipi nya jadi hangat." Sambungnya tersenyum puas.

Bitra menatap Nata lekat-lekat, lantas menyelipkan sejumput rambut di tepi wajah Nata ke belakang leher gadis itu. "Gue mungkin gak akan semanis perlakuan cowok lain ke pacarnya, tapi gue akan berusaha bikin lo bahagia milikin gue. Jadi janji sama gue untuk enggak ninggalin gue ya?"

"Bit."

"Gue mau jadi orang yang bisa lo andelin."

"Bitra."

"Iya apa?"

"Kok jadi dangdut banget sih? Geli dengernya." Ucap Nata kemudian bergidik ngeri yang kembali membuat Bitra terkekeh.

BITRA, NATA, & JUNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang