🌷Pejodohan

838 124 117
                                    

Aku sudah duduk di perustakaan selama setengah jam tapi, gadis yang membuat janji denganku tidak kunjung datang. Apa dia lupa? Atau dia mengingkari janjinya? Aku mengambil ponsel di saku celanaku dan mengirim pesan untuknya. Tidak ada balasan dari gadis itu.

Aku menghela nafas gusar dan bangkit dari tempat dudukku, saat itu ponselku bergetar aku dengan cepat mengambil dan membukanya. Ternyata dia ada tambahan pelajaran. Sebenarnya aku ingin menunggunya namun, kurasa akan sangat asik jika mengerjainya sedikit.

Aku membalas pesannya dengan wajah tersenyum dan aku yakin dia saat ini sedang tidak fokus pada pelajarannya. Padahal dia bilang tiga menit lagi dia selesai tapi, rasanya aku bahagia membuatnya panik. Dia akhirnya pasrah dan mengiyakan permintaanku untuk mengganti rugi 2 kali lipat.

Aku berjalan keluar dari perpustakaan menuju parkiran. Namun, langkahku terhenti ketika aku melihatnya berjalan menuju mobil. Wajahnya terlihat kesal sekali dan aku hanya tertawa kecil melihat itu. Aku kembali melangkah dan berniat mengikutinya dari belakang.

"Lucu juga lihat muka kesel dia," ujarku terkekeh. Beberapa saat setelah menjauh dari kampus mobilnya tiba-tiba berhenti secara mendadak dan dia keluar dengan paniknya.
Akupun ikut keluar namun, tetap menjaga jarak agar tidak terlihat olehnya. Betapa terkejutnya aku ketika melihat dia memeluk erat seorang anak kecil.

Dia hampir saja menabrak anak itu dan aku yakin dia pasti kesal karena, perbuatanku demi apapun aku sangat menyesal akan hal itu.

Dia melepas pelukannya dari anak laki-laki itu dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan uang dan memberikan pada anak itu. Aku tidak tahu berapa yang dia berikan tapi, aku bangga karena dia bertanggung jawab meski anak itu baik-baik saja.

"Gadis yang baik," gumamku kecil. Setelah anak itu pergi aku bergegas masuk ke dalak mobil agar dia tidak mengetahui keberadaanku.

Mobilnya kembali melaju dan aku kembali mengikutinya. Tidak lama, hanya memakan waktu 10 menit dan dia masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup mewah dengan pagar putih.

"Jadi, dia tinggal di komplek ini? Ternyata gue tetanggaan sama dia."

Setelah mengetahui rumahnya aku pergi, sepanjang perjalanan entah kenapa aku terus saja tersenyum. Rasanya bahagia sekali dan aku tidak bisa mengutarakan hal tersebut.

Komplek ku hanya berada dua komplek dari rumahnya dan sebenarnya jalan kaki pun sampai tapi, tidak mungkin aku turun dan menyimpan mobilku di sana.

Aku sampai, turun dari mobil dan masuk ke rumah. Di sana sudah ada Ayah, Bunda dan seorang gadis yang tersenyum kepadaku. Namun, aku hanya menatapnya dingin.

"Taeyong, sini, Nak," panggil Bunda. Aku menghela nafas dan duduk di samping Bunda. Gadis yang tadi tersenyum ke arahku namun, aku tidak membalas senyuman itu

"Kenalin, dia Gabriella Natya," ujar Bunda.

"Natya," ujarnya mengulurkan tangannya sambil tersenyum tapi, aku hanya menatapnya dingin tanpa berniat membalas uluran tangan tersebut. Dia kemudian tersenyum canggung dan kembali menarik tangannya.

"Taeyong, dia anak teman lama Ayah dan dia bakalan kuliah di tempat kamu juga. Dia dari Amerika dan bakalan tinggal sama kita di sini dan kalian juga bakalan dijodohin," jelas Ayah. Sungguh aku terkejut dengan ucapannya.

"Ayah selalu aja kaya gini," ucapku kesal, aku berdiri dan berniat naik ke atas.

"ARKANA!" teriak Ayah lantang.

"AKU TAEYONG, YAH!!" Bunda bangkit dan menenangkanku.
"Sayang, sudah."

"Harusnya yang Bunda tenangin Ayah bukan aku! Ini pasti karena, bisnis lagi kan? Iya, kan? Ayah selalu aja begitu!" aku meninggalkan mereka bertiga tapi, kembali menatap tajam ke arah gadis bernama Natya itu.

Rose [Lee Taeyong] ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang