Ini minggu kedua aku menjalani kemoterapi, sama seperti minggu lalu Kun masih kusuruh untuk membalas setiap pesan yang masuk dari Seulgi.
Minggu ini juga kemoterapi akan dilakukan sebanyak dua kali dan aku harus menghabiskan waktu 4 hari di rumah sakit.
Ayah, Bunda, Kun dan Doyoung sudah menunggu di luar sana. Aku menyuruh mereka untuk tenang karena, aku akan baik-baik saja.
Setelah menjalani kemoterapi minggu lalu rambutku semakin rontok. Namun, aku tidak memberitahu siapapun. Aku juga selalu memakai topi setiap pergi ke kampus untuk saja Seulgi tidak tahu dan tidak bertanya. Hanya Kun yang tahu kenapa aku memakai topi.
Kemoterapi untukku dimulai, aku bisa merasakan obat-obat kembali masuk ke dalam tubuhku. Dokter bilang aku harus melakukan kemoterapi selama dua hari karena, sel kanker stadium akhir merambat dengan cepat meski telah operasi.
Setelah beberapa saat aku di pindahkan ke dalam ruangan yang sudah disiapkan. Ayah sengaja meminta ruang VIP untukku dan hanya mereka berempat yang bisa keluar masuk.
"Dok, apa saya akan mengalami kebotakan?" tanyaku.
"Iya, tapi, itu tidak akan lama. Setelah kemoterapi selesai dan sel-sel itu mati maka rambutmu akan kembali tumbuh," jelasnya. Aku hanya mengangguk pelan, dokter kemudian pergi setelah Ayah dan Bunda masuk.
"Bagaimana, Nak?" tanya Bunda.
"Efeknya masih sama, Bunda. Aku ingin muntah sekarang."
"Ayah, bisa minta tolong ambilkan Bunda wadah?" tanya Bunda. Ayah kemudian mengambilkan wadah untukku. Dan untuk ke dua kalinya aku kembali muntah, selain itu aku merasa gatal di seluruh tubuhku apa ini juga efek dari kemo? Tapi, kenapa aku baru merasakan?
Bunda mengusap lenganku yang gatal begitu juga Ayah. Rasanya aku seperti anak yang tidak berguna untuk mereka.
"Ayah, Bunda maafin Aku, ya," ujarku. Bunda memandangku sambil tersenyum.
"Nggak sayang, kamu nggak perlu minta maaf kamu nggak salah."
"Bunda kamu benar, jangan pikirkan hal lain kamu harus sembuh," timpal Ayah. Aku tersenyum tipis mendengar ucapan mereka berdua.
Setelah kurasa gatal itu mulai menghilang, aku menyuruh Ayah dan Bunda berhenti menggarukku. Aku menyuruh mereka untuk pergi mencari makan karena, kutahu mereka belum mengisi perut sejak tadi.
Kun dan Doyoung kembali sejak tadi bahkan ketika aku belum selesai dikemo. Hari ini ada kelas pagi jadi, mereka hanya mengantarku sebentar.
Kini aku hanya sendiri di kamar, Ayah dan Bunda juga sudah keluar. Tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka, seorang gadis berdiri di sana sambil tersenyum ke arahku.
"Lo mau ngapain ke sini?" tanyaku dingin.
"Ya, jagain calon suami gue lah, ngapain lagi?"
Aku memutar bola mataku jengah, "Nat, gue bukan calon suami lo!"
"Taeyong sayang, bulan depan kita bakalan tunangan. Lo lupa?"
"Bahkan hari ini pertunangan itu bisa aja batal!"
"Itu nggak akan, sayang. Kamu tahu? Mama sana Papa aku udah di Jakarta," aku terkejut mendengar ucapannya. Apa Bunda berbohong padaku? Tapi, dia sudah berjanji. Ah, sial!
"Bisa aja mereka datang karena, Ayah mau ngebatalin perjodohan itu!"
"Itu nggak mungkin. Gue udah bilang sama lo diawalkan kalau lo bakalan jadi milik gue, milik Gabriella Natya pewaris dari resort terbesar di Bali!" tegasnya dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose [Lee Taeyong] ✔ [TERBIT]
Fanfiction[PROSES REVISI] ❝Dia gadis sempurna yang kutemui di persimpangan jalan❞ Rank position #13 azaleaspublisher 150621 # 9 azaleaspublisher 160621 # 8 azaleaspublisher 190621 #6 azaleaspublisher 250621 #4 azaleaspublisher 260621 #3 azaleaspublisher 0207...