🌷 Hari Pernikahan

274 49 5
                                    

Ini hari pertama kami berada di desa tempat keluarga Seulgi. Hari ini acara pernikahan juga dilangsungkan. Mungkin karena, ini di desa jadi acaranya benar-benar dibuat sangat tradisional.

Hari ini aku diberikan jas oleh Bunda Yuri katanya, biar aku dianggap pasangan setiap orang melihatku dan Seulgi. Aku bahagia akan hal itu tapi, juga sedikit bingung. Namun, aku tidak peduli.

Setelah mandi dan bersiap-siap, akupun keluar kamar. Kulihat Om Yesung tengah duduk di soffa dan aku mendekatinya.

"Om, boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku membuka percakapan.

"Apa?" sungguh ini seperti bukan Om Yesung yang aku kenal.

"Kenapa Om begitu dingin denganku? Apa aku buat salah?" dia menatapku dengan dalam kemudian membuang muka ke depan.

"Karena kamu-"

"Kalian berdua sudah di sini?" tanya Bunda Yuri. Ucapan Om Yesung terpotong dan itu membuatku penasaran.

"Kenapa Om?" tanyaku lagi.

"Tidak. Saya hanya tidak ingin berbicara denganmu," setelah dia mengatakan itu, Om Yesung pun pergi meninggalkan aku dan Bunda Yuri. Jujur aku merasa bahkan bukan hal itu yang ingin Om Yesung katakan.

Bunda Yuri melihat ke arahku seperti meminta penjelasan namun, akun hanya tersenyum canggung kemudian bangkit dan keluar.

Suasana di sini sangat ramai banyak orang yang datang untuk mengunjungi pernikahan tersebut. Entah itu dari desa sebelah atau bukan.

"Yong, ngapain?" tanya suara tersebut.

"Gi, itu keluarga lo semuanya?" tanyaku sambil menunjukku ke arah acara.

"Bukan sih, gue aja nggak kenal keluarga gue yang mana-mana."

"Wah parah."

"Ya, gimana kan gue di Jakarta mereka di sini ketemu juga jarang mana kalau gue ke sini juga paling di kamar doang nggak keluar," jelasnya. Aku mengangguk paham, dia benar bahkan sejak kecil Seulgi memang lebih memilih menghabiskan waktu sendiri atau berdua denganku.

"Terus nanti gimana? Kalau mereka nyapa lo?"

"Gue sapa balik tapi, ya paling biasa aja. Lo tahu kan yang tinggal di kota cuman Kakek, Nenek sama orang tua gue yang lainnya di sini semua," jelasnya lagi.

Kuakui keluarganya sangat rendah hati meski tergolong orang berada mereka tidak sombong atau memamerkan kekayaan mereka dan bahkan anak-anak lain tidak ada yang tahu kalau Seulgi adalah putri tunggal dari pemilik universitas kita.

Bunda Yuri keluar dan mengajak kami berdua ke tempat acara. Aku sedikit canggung karena, ini pertama kalinya aku bertemu dengan keluarga besar Seulgi, biasanya hanya Ayah dan Bundanya dan sewaktu kecil pun hanya dengan Kakek dan Neneknya.

Saat kami sampai di sana semua mata memandang kami, ada yang berbisik, ada yang tersenyum dan ada juga yang langsung menghampiri kami.

Om Yesung lebih dulu ada di sana dan berbincang bersama keluarganya yang lain.

"Masyallah gantengnya. Ini siapa, Yur?" tanya seorang wanita sambil memegang wajahku.

"Sahabat Seulgi, Mbak."

"Namanya siapa, ganteng?"

"Taeyong, Tante."

"Namanya bagus. Udah punya pacar? Mau tante kenalin sama anak gadis tante?"

"Dia nggak bakalan mau, Mbak. Dia cuman dekat sama Seulgi aja," sambar Bunda Yuri.

"Duh, tapi, kalian memang cocok, sih."

Rose [Lee Taeyong] ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang